Veiller sur Elle — Jean-Baptiste Andrea

Sabtu, 25 November 2023 kemarin, pertemuan Club Lecture membahas buku Veiller sur Elle karya Jean-Baptiste Andrea, yang baru saja memenangkan Goncourt 2023. Jelas, bukan karena itu bukunya dipilih. Buku yang dibahas dalam pertemuan sudah ditentukan sejak pertemuan sebelumnya dan diumumkan secara resmi di website mediatheque di awal bulan.

Namun memang Veiller sur Elle sudah menarik pembaca sejak dari rilisnya. Sudah meraih Prix du Roman Fnac dan masuk ke dalam nominasi berbagai penghargaan literatur tahun 2023 ini.

Michelangelo

Menceritakan tentang Michelangelo Vitaliani yang memiliki bakat memahat patung. Dia memilih dipanggil Mimo, agar tak selalu dibanding-bandingkan dengan sang legenda Michelangelo Buonarotti.

Sepeninggal ayahnya yang juga pematung, yang menurunkan bakat dan ilmunya pada Mimo, ibunya memutuskan mengirimnya ke pamannya di Pietra Alba, di Italia. Alberto, pamannya, juga pematung. Dia memiliki asisten bernama Vittorio yang kemudian menjadi sahabat Mimo.

Mengetahui bakat Mimo, bukannya mengembangkannya, Alberto malah mengekangnya. Puncaknya adalah saat Mimo dengan lancang memahat marmer yang disimpan Alberto. Mimo membuat patung beruang untuk hadiah ulang tahun Viola, teman dekatnya, yang juga merupakan putri bungsu dan satu-satunya keluarga Orsini, orang terkaya di Pietra Alba.

Patung beruang itu menunjukkan dengan jelas bakat Mimo. Alberto malah mengirimnya bekerja ke pematung lain di Firenze. Bukan sebagai pematung, tapi sebagai asisten yang hanya bertugas menyiapkan marmer.

Perjalanan Mimo sebagai pematung baru benar-benar dimulai sekembalinya ke Pietra Alba. Mimo dipercaya menjadi pematung resmi keluarga Orsini. Dia menempati rumah dan tempat kerja pamannya yang ditinggal pindah ke kota lain.

Namun perjalanannya tidak semudah itu. Apalagi dengan ketidakjelasan Viola yang tak mau dihubungi, apalagi bertemu dengannya setelah sekian lama.

Buku Idaman

Saya punya cerita yang panjang tentang buku ini. Saat pertama diterbitkan dan mendapat sambutan meriah, saya tak bergegas membelinya, meski saya sudah mengenal dan menyukai buku Cent Millions d'Années et un Jour, yang sempat dibahas di Club Lecture beberapa tahun yang lalu. Saya masih tetap berpikir bahwa menunggu versi pocket lebih baik buat kantong. Hehehe.

Pemikiran berubah saat saya lihat Jean Baptiste Andrea hadir di Festival Livre Mouans Sartoux. Saya memasukkannya ke dalam daftar buku yang ingin saya buru.

Sayang sekali. Baru hari Sabtu, buku barunya sudah ludes habis! Laris manis! Herannya, penulis masih tetap di sana. Mungkin karena masih ada beberapa bukunya yang terbit sebelumnya. Yang jelas, dengan ramah dia berbincang dengan pembacanya. Termasuk saya yang menyempatkan mengambil fotonya.

Diumumkan jadi bahan Club Lecture, saya makin yakin untuk membelinya. Saya mengontak Cocotheque, toko buku kecil di Le Cannet, via SMS hari Selasa tanggal 7 jam setengah 11 pagi. Lupa sama sekali kalau Prix Goncourt diumumkan hari itu. 

Corrinne, pemilik toko, baru membalas SMS saya menjelang jam 4 sore. Tinggal satu, katanya. Dia menyimpankannya untuk saya dan saya ambil keesokan harinya. Tak rela memberikannya ke seorang ibu yang mengantri di depan saya dan menanyakan buku itu. Tak mau menunggu lagi!

Siapa "Elle"?

Buku ini dibuka dengan suram. Seseorang menjelang ajal di dalam sebuah biara, dikelilingi para biarawan. Ajal tak segera datang. Atau orang itu yang belum mau pergi karena ada yang harus dijaganya?

Sudut pandang berubah ke si peregang ajal, yang rupanya sedang mengenang perjalanan hidupnya. Perlahan, kita mengenal Michelangelo Vitaliani, pematung ternama.

Pada saat bersamaan, kita mengetahui keberadaan sebuah Pieta karyanya. Patung Maria memangku Yesus yang dibuatnya sepertinya membuat skandal sehingga harus disimpan dari pandangan umum. Mengapa? Kita akan mendapatkan informasinya sedikit demi sedikit juga.

Dalam berbagai wawancara, penulis menyatakan sendiri bahwa "elle" dalam judul bukunya bisa berarti Viola dan Pieta-nya Mimo. Di sisi lain, penulis juga menyatakan bahwa ide pertama buku ini berpusat di tokoh Viola. Dan memang itu yang saya rasakan.

Viola adalah perempuan yang istimewa. Apalagi mengingat setting ceritanya sejak awal 1900 hingga 1980an. Abad 20 dengan perkembangannya yang pesat, baik dari segi teknologi maupun politik.

Puitis dengan Bahasa Sederhana

Banyak sekali rasanya yang bisa diceritakan dari buku yang memang tebal ini: 581 halaman! Saya sendiri baru menyelesaikannya Sabtu pagi, sebelum siangnya pertemuan Club Lecture. Tapi tak rugi. Puas, malah!

Buku ini mungkin yang paling sesuai dengan definisi novel yang ada di kepala saya sejak SMP: menceritakan seorang tokoh dari awal hingga akhir, dari lahir Mimo hingga meninggalnya. 

Ditulis dengan bahasa yang sederhana, tanpa banyak gaya, tapi sudah puitis dengan sendirinya. Selingan humor di tempat tak terduga sungguh menyegarkan. Misalnya adegan dengan Hector dan awal acara pengukuhan Francesco—ini tokoh favorit saya!—sebagai Uskup Roma.

Ah, baca sendiri saja ya!

Seperti L'Anomalie, Veiller sur Elle dianggap sebagai Goncourt populer. Akankah sama larisnya? Kita lihat saja!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho