The Time We Walk Together — Lee Kyu Young

Saya yakin mendapatkan informasi tentang buku ini dari instagram, tapi lupa di mana. Bukan dari program Detak Cerita-nya @bukugpu. Desember ini tidak ada tema khusus. Dan bulan lalu kan fantasy—sci-fi.

Saat Jumat kemarin muncul di post instagram @gramediadigital, pas banget saya baru saja menyelesaikan buku The Time We Walk Together karya Lee Kyu Young ini.

Hari-hari yang Berharga

Pada prolog di buku ini, Lee Kyu Young mengaku bekerja sebagai tukang gambar di kantornya. Tentu saja dia tak bisa menggambar yang benar-benar dia mau. Di lain sisi, dia sempat merasa tak tahu mau menggambar apa juga.

Dia pun beride menuangkan hari-hari yang berharganya dalam gambar. Hari-hari yang dilalui bersama orang yang dicintainya. Mula-mula dia hanya ingin mengungkapkan perasaan dan menunjukkannya pada istrinya. Namun karena banyak yang menyatakan menyukai gambar-gambarnya itu, Penulis Lee pun menerbitkannya dalam buku.

Penulis Lee menceritakan tentang perjalanan cintanya dengan pasangannya. Sejak dari pertemuan mereka di sasana olahraga, perkenalan resmi mereka dalam suatu kesempatan kerja, masa pacaran, hingga pernikahan.

Seperti sub judulnya, "The Sweetest Time of the Day", kisah-kisah yang disajikan adalah yang indah, manis, menyenangkan. Ada juga pertengkaran. Pertengkaran yang terselesaikan. Pertengkaran yang menggemaskan.

Novel Grafis

Instagram post Gramedia Digital Jumat lalu menampilkan buku ini dalam topik "buku tipis". 200 halaman tak bisa dibilang tipis, sebenarnya, kan ya!? Namun buku ini memang bisa diselesaikan dalam sekali dudukan!

Ilustrasi mendominasi setiap halaman. Jarang ada teks yang panjang. Ada yang hanya satu kalimat, ada yang hanya onomatope di dalam gambar. Bahkan ada kisah yang tidak ada teksnya sama sekali, seperti dalam bab "Mau Lanjut Terus?" dan "Tidak Kelihatan", atau episode pernikahannya yang diekspresikan sebagai "Momen yang Bagaikan Mimpi".

Teksnya manis. Penulis mengutip dua film. Yang pertama Hear Me, kisah cinta Tian Kuo dan Yang Yang. Oke lah, bisa dimengerti. Yang kedua Kungfu Panda! Unik juga, pilihannya!

Di film animasi Kungfu Panda ada dialog seperti ini. "Tidak ada trik khusus. Meskipun tidak spesial, asalkan percaya kalau itu spesial, pasti akan jadi spesial." Semua yang kamu beri menurutku spesial, sehingga tanpa sadar aku jadi sangat menyukainya. 
(Hal. 119)

Gambar-gambarnya yang lembut menambah romantisme buku ini. Pasti akan lebih nyaman dibaca dalam format buku fisik, agar bisa lebih menikmati ilustrasi dua halaman seperti di "Sekali Saja" atau "Perjalanan Pulang ke Rumah".

Penerbit Bhuana Ilmu Populer Gramedia mendefinisikan buku ini sebagai novel grafis. Saya agak ragu menyebutnya novel. Apakah non fiksi bisa disebut novel? Atau semua cerita bergambar disebut novel grafis?

Penasaran, saya cari di KBBI daring, dan ada! KBBI mendefinisikan novel grafis sebagai "cerita bergambar yang mempunyai alur lebih kompleks daripada komik, tidak berseri". Tidak disebutkan harus fiksi atau tidak.

Surat Cinta

Penerbit mengategorikan buku ini untuk 15 tahun ke atas. Sebenarnya bisa-bisa saja dibaca untuk yang lebih muda. Mungkin jaga-jaga resiko baper. Karena buku ini buat saya seperti surat cinta penulis kepada istrinya; manis, sekali! 

Harus diingat bahwa seperti kata penulis yang juga dikutip di sampul belakang bahwa "Semua orang di dunia mencintai dengan caranya masing-masing. Mari saling mencintai dengan cara kita sendiri yang saling percaya, saling menjaga, dan tidak goyah."

Buku ini terbit pertama kali di Korea pada 2018 dan diterbitkan di Indonesia pada 2020. Terjemahan Lovelyta Panggabean dan suntingan Dinda Mustikasari mendukung kenyamanan membaca. Ditambah tata letak Ismi Ulfah dan desainer Yanyan Wijaya.

Membaca buku ini mengingatkan saya pada buku Love is ... karya Puuung. Nanti saya cerita deh. Tapi saya cari bukunya dulu, ya. Sudah lama juga kan, itu!? Hehehe.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho