Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog datang lagi! Tahun 2023 ini, ada beberapa perubahan ketentuan. Salah satunya adalah bahwa tema sepanjang tahun sudah ditentukan dari usulan anggotanya. Namun tema akan diundi tiap bulannya. 

Dan untuk Februari 2023 ini, tema yang keluar adalah Buku Bacaan yang Berpengaruh.

Bingung juga, apa buku yang berpengaruh untuk saya? Rasanya tak ada. Namun karena ternyata pengaruh yang dimaksud di sini tidak harus radikal, saya memutuskan memilih buku Je Reviendrai avec la Pluie (いま、会いにゆきます atau Be With You, dalam judul internasionalnya) karya Ichikawa Takuji.

Janji Musim Hujan

Bercerita tentang Takumi yang masih berduka sejak istrinya Mio meninggal dunia. Takumi pun harus sendirian mengasuh Yuji, anak laki-laki mereka yang berusia enam tahun. Sampai suatu hari, Mio muncul kembali.

Mio memang sempat mengucap janji untuk kembali saat musim hujan tiba. Dia akan datang untuk mengecek apakah Takumi dan Yuji baik-baik saja. Hanya saja, Mio yang kembali tidak ingat sama sekali siapa dirinya.

Takumi dan Yuji sepakat untuk merahasiakan fakta kematian Mio. Mereka menjalani hari-hari seperti biasa. Menceritakan pada Mio kisah masa lalu untuk berusaha mengingatkan, atau sekedar menjelaskan. Tanpa menyinggung tentang akhir hidupnya.

Mereka tak ingin Mio bersedih. Mereka ingin menikmati kebersamaan. Meski Takuji sadar bahwa Mio hanyalah hantu yang kasatmata. Dan semua itu hanya akan bertahan sepanjang musim hujan saja.

Karakter yang Suka Membaca

Buku yang diterbitkan Editions J'ai Lu ini spesial untuk saya. Ini adalah buku yang membuat saya memberanikan diri bergabung untuk pertama kalinya dengan Club Lecture, klub pembaca buku di kota tempat tinggal saya. Kebetulan belum lama ini saya membuka-bukanya kembali. Baru menyadari bahwa sudah delapan tahun saya bergabung dengan Club LectureBoleh dibilang, buku inilah yang mengantar saya untuk lebih berani bersosialisasi. 

Karena sudah lama sekali, untuk menyusun tulisan ini saya pun harus membacanya ulang. Dan ... tidak menyesal! Saya masih terbawa kisah yang alurnya melompat-lompat itu. Tentu saja ini tak lepas dari kelihaian interpretasi penerjemahnya, Mathilde Tamae-Bouhon.

Membacanya kembali, membuat saya menemukan beberapa hal yang entah apakah terlupa, atau memang dahulu pun terlewat. Seperti bagaimana Takumi suka membaca. Disebutkannya nama-nama seperti John Irving, Kurt Vonnegut, dan Alan Sillitoe. Yang terakhir, saya belum pernah mendengar sebelumnya. Dua yang lain? Saya belum pernah membaca karyanya! Hehehe.

Kesukaan membaca ini diturunkan pada Yuji, yang dari awal cerita saja dia sudah dikisahkan suka membaca serial Jim Button. Belakangan terungkap bahwa Yuji memang fans berat Michael Ende.

Mio? Dia juga suka membaca. Mio lebih menggemari genre detektif seperti Sherlock Holmes dan Arsene Lupin.

Takumi yang menyadari bahwa sedikit demi sedikit mulai melupakan kenangannya bersama Mio, berniat untuk mencatatkannya. Sebelum lebih banyak lagi yang dilupakannya. Agar bisa dibaca dan dikenang oleh Yuji saat sudah besar nanti. Dan inilah yang menjadi benang merah cerita.

Melupakan suatu kenangan berarti kehilangan kemampuan untuk menghidupkan kembali saat-saat yang sudah berlalu itu. Seakan ada bagian dari hidup kita yang menyelinap di sela jari-jari kita. Itulah mengapa saya pikir, merekamnya dalam tulisan adalah ide yang bagus. 
(Hal. 25)

Keterkucilan Ekstrem

Tak jelas latar cerita terjadi pada tahun berapa. Baik di kisah masa kini maupun saat kilas balik awal kedekatan Takumi dengan Mio. Tak diceritakan penggunaan ponsel ataupun internet. Dan memang Takumi sendiri menghindari sedapat mungkin segala macam benda elektronik. Meski tetap ada televisi dan alat dapur elektrik di rumah mereka. Hanya diceritakan mesin tiket kereta api yang jauh lebih modern dibanding masa muda mereka.

Cukup aneh bahwa tak ada yang mempertanyakan kembalinya Mio. Memang diceritakan mereka tinggal di bangunan apartemen kecil, dengan tetangga yang relatif baru. Namun apakah benar-benar tak ada seorang pun di sekitarnya yang mengenalinya?

Apakah Yuji tak bercerita di sekolah? Tak adakah yang melihat perubahan pada dirinya? Tak adakah orang-orang di sekitar rumah mereka yang paling tidak tahu bahwa Mio sudah meninggal dunia? Kasir di swalayan? Petugas kebersihan jalan? Atau paling tidak, mempertanyakan siapa perempuan yang tetiba menemani Takumi dan Yuji jalan-jalan?

Bahkan mengherankan bahwa keluarga besar tak mengontak sama sekali selama enam minggu kembalinya Mio itu. Rasanya keterlaluan sekali, tak memantau cucu yang masih kecil, satu-satunya dari dua pihak keluarga, hidup berdua saja dengan ayahnya yang tidak sehat sempurna.

Lepas dari keterkucilan ekstrem itu, cerita dalam novel ini memikat, dengan penjelasan di akhir yang tak terduga.

Hati manusia tidak dibuat untuk melampaui waktu. Jika terkadang kita melupakan suatu kenangan, tidak diragukan lagi, itu adalah untuk menjaga kewarasan kita. 
(Hal. 301)

Romansa Berbumbu Fantasi

Kebetulan saat ini saya sedang membaca buku Un Miracle karya Victoria Mas untuk Club Lecture Februari 2023, Sabtu tanggal 25 nanti. Di halaman 68 saya menemukan kalimat yang kurang lebih artinya bahwa "bacaan yang membuat kita tertarik untuk membaca lagi (yang berkaitan dengannya), bisa jadi adalah satu-satunya bacaan yang bisa kita pertaruhkan kualitasnya". Kualitas di mata kita sendiri, tentunya.

Buku ini belum bisa membuat saya tertarik membaca buku-buku lain yang disebutkan di dalamnya. Namun novel ini sudah berhasil menginisiasi saya pada Club Lecture, membuat saya ikut lagi dan lagi. Dan harus diakui, bahwa secara tak sadar, saya selalu membandingkan buku-buku bahasan selanjutnya dengan buku ini.

Buku yang diterbitkan pertama kali di Jepang pada tahun 2003 ini sudah diadaptasikan ke dalam manga--yang belum saya baca--dan dua film--yang belum saya tonton--; film Jepang pada tahun 2004 (disutradarai Doi Nobuhiro dengan dua pemeran utama Takeuchi Yūko dan Nakamura Shido) dan film Korea pada tahun 2018 (disutradarai Lee Jang Hoon, dibintangi Son Ye Jin dan So Ji Sub)

Novel ringan bergenre romansa dengan bumbu fantasi ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan menjaga judul Be With You. Hasil terjemahan Andry Setiawan dan disunting oleh Prisca Primasari ini diterbitkan Penerbit Haru pada tahun 2021.

Kisah yang manis, sekaligus pilu. (Ya! Mio tetap harus pergi lagi!) Tentang kehilangan dan rasa bersalah. Dan terutama tentang cinta yang bisa membuat segalanya jadi mungkin.


Komentar

  1. Bahasan yang menarik teh Alfi.
    Boleh tahu Club Lecture itu apa saja kegiatannya?

    salam semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertemuan sebulan sekali membahas satu buku teh. Bukunya disediakan stok yg cukup oleh perpustakaan kota, untuk mereka yg perlu pinjam. Ada pemandu guru bahasa Prancis yg juga penulis. Bbrp kali diadakan pelatihan penulis dengan bimbingan beliau ini juga...

      Hapus
    2. Wah menarik ya Club Lecture nya.

      Hapus
    3. Iya teh. Ini baru pulang pertemuan. Mengayakan sekali. Baik dari pemahaman ttg bukunya sendiri, juga wawasan2 lain yg berkaitan...

      Hapus
  2. Wah, aku baru tahu teh kalau cerita asli 'be with you' itu dari jepang. Aku baca novelnya sih tp nonton filmnya (versi korea). Sedih bgt T.T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi manis, kan!? 😉
      Aku br tau ada film koreanya pas riset buat nulis ini, teh! 😁 Sayangnya nyari2 belum nemu di platform vod yg aku punya. Pengin tau juga...

      Hapus
  3. Ceritanya menarik juga nih. Sepertinya aku tertarik untuk nonton filmnya.

    BalasHapus
  4. Mba Alfi, yang drama Korea, judulnya apakah yang based on novel ini? Jadi pengen nonton, Mba. Sama salfok dengan LUPIN ehehe, itu ada novelnya ya ternyata. Saya pernah nonton di Netflix, ada serialnya.

    Baca ulasan Mba Alfi, ini kayanya kisah sedih ya Mba, dan ada hantunya juga ehehehehe. Mungkin Takumi belum bisa move on dengan kepergian Mio ya Mba, masih meratap. :(

    Quote yang ini, "Hati manusia tidak dibuat untuk melampaui waktu. Jika terkadang kita melupakan suatu kenangan, tidak diragukan lagi, itu adalah untuk menjaga kewarasan kita.
    (Hal. 301)"
    Lupa yang ada di diri kita, bukanlah cela, tapi malah banyak memberi manfaat. Alhamdulillah. :)

    BalasHapus
  5. Saya udah nonton film yang koreanya. Sediiih tapi maniiss ♥ visualnya jg asik soalnya kasep dan geulis hehehe

    BalasHapus
  6. Wah saya baru tahu novelnya. Saya pertama kali tau karena movie nya. Kalau gak salah mereka tinggal di pedesaan karena Yuji sakit dan gak perlu udara bersih gitu ya. Di kota kan padat dan polusi.
    Oh iya diangkat jadi drama juga dengan judul yang sama. Be with you. Ima Ai ni yukimasu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho