Le Horla et Six Contes Fantastiques — Guy de Maupassant

Pertemuan Club Lecture yang pertama di tahun 2023, diadakan hari Sabtu 28 Januari yang lalu. Buku yang dibahas adalah Le Horla karya Guy de Maupassant.

Buku? Cerpen, tepatnya! 35 halaman saja.

Saat mendaftar ke mediatheque, saya sampai memastikan bahwa yang dibahas adalah Le Horla saja, bukan kumpulan cerpen yang menghimpun Le Horla. Petugas menyatakan memang demikian. Saya cari informasi mengenai versi yang dijadikan referensi (editions Livre de Poche) tak ada detilnya apakah itu buku yang berisi cerpen tunggal, atau kumpulan cerpen. Baru saat pertemuan saya ketahui bahwa buku yang bisa dipinjam gratis itu adalah kumcer.

Memang Le Horla ini terdapat di beberapa versi kumcer. Meski kita bisa menemukannya dalam versi tunggal juga, misalnya di Kindle.

Saya menggunakan buku yang ada di rumah saja. Buku bacaan wajib pelajaran Bahasa Prancis saat Butet di collège; Le Horla et Six Contes Fantastiques.

Kumpulan Cerpen Fantastis

Sesuai judulnya, buku ini berisi kumpulan tujuh cerpen yang bertemakan kisah fantastis. 

Le Horla menceritakan tentang seseorang yang merasakan kehadiran sesuatu yang tak kasat mata di rumahnya. Dia tak tenang karenanya. Dia ingin mengusirnya. Tapi apakah dia benar-benar bisa membasmi makhluk itu dengan membakarnya?

La Peur (1882) menceritakan tentang perbincangan penumpang di atas sebuah kapal yang sedang mengarungi Laut Mediterania. Mereka mendiskusikan tentang definisi rasa takut, yang diilustrasikan dengan dua kisah.

La Main bercerita tentang Maitre Bermutier, seorang hakim di Korsika yang diminta warga untuk menyelidiki seorang pendatang baru yang misterius. Orang Inggris itu menyimpan potongan tangan yang mengering, yang terborgol ke tembok. Suatu hari orang itu ditemukan meninggal dengan potongan jari kering dalam gigitan. Borgol di tembok terbuka, potongan tangan tak terlihat di sana.

Conte de Noel bercerita tentang dokter Bonenfant yang mengingat kenangan Natalnya yang paling berkesan. Dia menceritakan tentang seorang istri pandai besi yang kesurupan setelah makan telur yang ditemukan di pinggir jalan bersalju. Si dokter tak berhasil menyembuhkannya, dan harus mengaku menyerah saat akhirnya masalah terselesaikan di misa Natal.

Un Fou? bercerita tentang seseorang yang selalu menyembunyikan kedua tangannya. Entah itu di dalam saku pakaian, atau di bawah ketiaknya. Kalaupun harus menggunakan tangannya, dia melakukannya dengan cepat untuk kemudian kembali menyembunyikannya. Orang-orang menganggapnya gila. Suatu hari, dia menceritakan sebabnya.

Apparition menceritakan tentang seseorang yang dimintai bantuan oleh temannya mengambil surat-surat di rumahnya yang lama. Di rumah yang sekian waktu tak dikunjungi itu, dia bertemu dengan seorang perempuan yang minta dibantu menyisir rambutnya.

La Peur (1884) mengikuti perbincangan penumpang kereta api Paris-Marseille. Seperti versi 1882, kali ini pun mereka memperbincangkan tentang rasa takut. Ada beberapa cerita. Namun kali ini, rasa takut terpusat pada wabah kolera.

Bacaan Anak SMP

Fiksi fantastis menjadi tema pembahasan pelajaran bahasa Prancis tingkat 4e (quatrieme, setara kelas 2 SMP). Buku yang saya baca, dari nama koleksinya Bibliocollège, memang khusus dibuat untuk itu.

Dari total 158 halaman, hampir 50 halaman berisi tambahan pertanyaan pemahaman, penjelasan struktur narasi, biografi Guy de Maupassant sendiri, dan ilustrasi yang diambil entah itu dari koran di mana pertama kali cerpen dipublikasikan, atau lukisan yang berkaitan dengan cerpen. 

Saya sendiri merasa terbantu dengan berbagai penjelasan, ilustrasi, dan catatan kaki mengenai kata-kata yang tidak biasa digunakan sehari-hari. Sambil lega, bahwa ternyata kosa kata saya masih lebih banyak ketimbang anak kelas 2 SMP! Hahaha.

Yang jelas, agak iri bacaan untuk pelajaran sekolah Butet asik begini. Bahasanya tidak rumit. Cerita-cerita yang pendek juga memudahkan dalam membaca. Tidak membosankan. Menarik diingatkan betapa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di abad XIX itu.

Dari ketujuh kisah, memang Le Horla yang bisa dibilang paling "lengkap". Berbentuk catatan harian, kita terbawa bersama si penulis yang mau tak mau kita personifikasikan sebagai Guy de Maupassant sendiri, menilik di akhir hidupnya sering mengalami halusinasi. Apakah kisah yang ditulisnya sesuai dengan yang dirasakannya saat itu? Ataukah itu imajinasinya tentang jika sakit jiwanya menjadi lebih parah?

Saat diberi tugas menganalisis salah satu cerpen oleh gurunya, Butet memilih La Main. Saya sepakat bahwa itu yang paling unik. Dan ternyata, La Main juga yang disinggung, dibicarakan dalam pertemuan Club Lecture, di samping Le Horla, meski sebenarnya tak terdapat dalam versi kumcer yang disediakan mediatheque.

Saya lihat, sudah banyak juga cerpen-cerpen Guy de Maupassant yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Namun saya belum menemukan cerpen-cerpen fantastis ini.

Jebakan Fantastis

Fantastis, menurut KBBI daring berarti bersifat fantasi; tidak nyata, tidak masuk akal, atau sangat luar biasa; sangat hebat.

Ketujuh kisah dalam kumcer ini mengandung unsur-unsur itu. Uniknya, Maupassant menyajikannya secara lojik. Semua ada penjelasannya. Namun di sisi lain dia menebarkan keraguan; apakah benar begitu? apakah itu penyebabnya? apakah itu penyelesaiannya?

Semua pola ceritanya sama. Namun tetap saja saya terjebak dalam ketegangan, kepenasaran, dan membaca sampai akhir cerita.

Dan saya pun jadi paham, kenapa sejak membaca buku ini, Butet jadi penggemar berat Guy de Maupassant!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho