Love is... — Puuung

Membaca The Time We Walk Together, mengingatkan saya pada buku 편안하고 사랑스럽고 그래. Gaya amat, nulisnya pake Hangeul? Lha emang buku saya dalam versi Korea tuh!

Bisa baca Hangeul? 

Bisaaa!

Ngerti? Enggaaak! 

Hahaha.

Oleh-oleh dari Seoul

Buku ini adalah oleh-oleh dari suami saya saat ke Seoul tahun 2019 lalu. Romantis amat? Kagaaak! Itu saya yang minta laaah. Gara-gara drama W: Two Worlds Apart? Jelaaas!

Tetep ada romantisnya kok. Mana tau suami saya musti beli di mana, kan!? Sayanya juga iseng aja, sebenarnya. Habisnya nggak ngerti dan nggak minat sama skin care. Ditanya mau dibawain apa, saya minta buku. Eh, dia nyariin, dong!

Dia nanya-nanya ke kolega Korea-nya ... yang nggak tau sama sekali tentang buku itu. Pun soal dramanya! Fyi, kolega Korea-nya itu perempuan. Praktisi IT gitu kali ya? Kudet. Kok bisa-bisanya ga kenal sama Lee Jong Seok? Eh? Hehehe.

Untungnya, ibu si kolega tau. Beliau lah yang menyarankan ke mana harus mencari bukunya. Trus mereka kagum dong, kok ya saya tau-taunya!? Hahaha.

Halah! Malah curcol!

Buku Ilustrasi

Buku ini berisi ilustrasi yang menggambarkan momen-momen romantis sepasang kekasih. Momen sehari-hari yang tidak selalu penting. Tidak hanya saat ulang tahun atau liburan. Bahkan kebanyakan malah rutinitas keseharian biasa; memasak, baca buku, bersantai, ... . Seperti interpretasi judulnya dalam bahasa Inggris: Love is in Small Things.

Membaca Membuka-buka kembali setelah sekian tahun, saya tetap saja nggak ngerti! Hihihihi.

Tapi yang jelas, masing-masing gambar adalah kisah yang terpisah. Hampir seluruh gambar hanya menampakkan kedua pasangan. Beberapa dengan kucing yang bernama Garfield. Hanya halaman 114 dan 206 yang menampakkan teman-teman.

Lokasi cerita juga berubah-ubah. Memang ada yang eksplisit menyebutkan sedang berada di karavan. Lalu tampak seperti sedang liburan di vila berkolam renang. Namun tempat tinggalnya sendiri cukup acak. Kadang flat mungil, kadang apartemen mewah dengan jendela kaca lebar.

Seakan untuk mempertegas bahwa buku ini bukan buku cerita, tokoh yang ada pun bukan pasangan yang sama. Mungkin saya salah, tapi visual pasangan yang memasak di halaman 119 jelas berbeda.

Pasangan yang paling sering muncul adalah yang terlihat di sampul, yang digunakan secara internasional. Sang pria tinggi berkacamata, tokoh perempuannya berambut melewati bahu yang pekerjaannya berkaitan dengan menggambar.

Kalau penulis The Time We Walk Together menjelaskan bahwa bukunya berisi ungkapan perasaannya, Puuung tidak menceritakan inspirasinya dari mana. Paling tidak, tidak dalam bukunya—yang saya sorot satu per satu halamannya dengan Google Lens! Hehehe.

Saya temukan di website-nya, Puuung menyebutkan bahwa buku ini tidak berdasar pengalaman hidupnya. Namun tokoh utama dalam bukunya yang disebut dengan inisial D dan M adalah dirinya sendiri. Da Mi. Sesuai nama aslinya, Park Da Mi.

Mensyukuri Momen Kecil

Saat saya meminta buku ini, saya belum tahu bahwa malah sudah ada versi terjemahan bahasa Indonesianya. Cepat sekali! Juni 2016 sudah terbit. Hanya beberapa bulan sesudah diterbitkan secara luas di Korea. 

Sayangnya informasi tentang buku Love is 1 sudah tidak bisa diakses lagi di website Bhuana Ilmu Populer. Hanya ada informasi mengenai buku Love is 2.

Buku ini bikin baper, memang! Apalagi ilustrasinya cantik sekali. Puuung menggambar secara manual di atas kertas sebelum mewarnainya secara digital.

Tapi bapernya jangan lama-lama. Buku ini mengajak kita untuk mensyukuri hal-hal kecil yang terjadi sehari-hari. Hal-hal yang mungkin tidak/belum dimiliki, dan bahkan didamba oleh orang lain.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho