Touché (Komik) — Windhy Puspitadewi dan Dini Marlina

Saya sudah sempat mendengar tentang novel Touché sebelumnya. Tertarik judulnya yang menggunakan bahasa Prancis—yang maknanya adalah bentuk pasif atau lampau dari kata kerja dasar menyentuh (toucher). Namun urung membacanya. Genre remaja menahan saya. Lha wong metropop saja malas sekali. Lagipula tak ada di iPusnas juga.

Awal November, judul ini dicantumkan di post Instagram @fiksigpu untuk acara Detak Cerita 2023 dengan genre fantasi sci-fi. Tak hanya novel, ternyata Touché ada versi komiknya juga. Iseng saya cari lagi judulnya di iPusnas. Ternyata versi komiknya ada. Dan tersedia banyak. Saya pun meminjamnya.

Kaum Touché

Menceritakan tentang Riska yang memiliki kemampuan membaca perasaan orang lain melalui sentuhan. Rupanya Riska tidak sendiri. Di sekolahnya ada Indra yang bisa membaca pikiran dan Dani yang menyerap berbagai bentuk tulisan, melalui sentuhan juga.

Pak Yunus, guru baru di sekolah merekalah yang mempertemukan ketiga remaja istimewa itu. Pak Yunus menjelaskan kepada mereka mengenai kaum Touché, orang-orang yang memiliki kemampuan menyerap ingatan segala yang disentuh. Baik makhluk hidup maupun benda mati. Beliau meminta Riska, Indra, dan Dani untuk berhati-hati karena kaum Touché banyak dicari untuk dimanfaatkan kemampuannya.

Terutama Indra dan Riska. Berbagai jenis kemampuan touché dimiliki banyak orang sekaligus. Dani yang text absorber memiliki rekan lain. Sedangkan mind reader seperti Indra dan empath seperti Riska hanya ada satu di setiap generasinya.

Kakak Pak Yunus sendiri, yang merupakan data absorber, meninggal di depan matanya. Belum lama, seorang koki touché yang bisa mengenali bahan makanan hanya dengan menyentuh masakan diculik. Tak lama kemudian, Pak Yunus juga diculik!

Dengan berbekal petunjuk berupa puisi, Riska, Indra, dan Dani berusaha mencarinya. Dan mereka tidak hanya berhasil menemukan Pak Yunus, tapi mereka juga berhasil membuktikan sesuatu.

Referensi yang Menarik

Komik ini cukup efektif. Penceritaannya tak berbelit-belit. Semua langsung to the point. Saya tak tahu apakah memang demikian dalam versi asli novel Windhy Puspitadewi, atau modifikasi dari pembuat story board-nya yang tidak disebutkan secara eksplisit. Saya membacanya dengan cukup cepat. Memang hanya 192 halaman saja.

Informasi mengenai Prancis, tempat tinggal saya, dan Solo, daerah asal saya, membuat saya dekat. Meski sayangnya, saya sulit mengenali setting kota Solo dalam ilustrasi. Bahkan kraton Kasunanan pun rasanya tak pernah saya lihat sesesak itu di dalamnya.

Padahal gambar Dini Marlina cantik. Tak hanya adegan normal, tapi juga adegan aksi ditampilkannya dengan apik. Memang terasa pengaruh gaya manga Jepang. Namun saya menghargai bentuk mata pada karakter yang cukup memanjang, rambut yang hitam, dan tokoh perempuan yang tidak terlalu kecil dibanding karakter laki-lakinya.

Menarik pemaparan mengenai kaum Touché. Penggunaan referensi yang benar-benar ada membuat penasaran akan kelanjutan cerita. Teori mengenai kemampuan Karl May dan Beethoven cukup meyakinkan.

Sayangnya ada beberapa detil yang cukup mengganggu untuk saya. Misalnya tentang karya Magritte yang menurut saya terlalu jauh menyambungkannya. Harus berputar dulu ke karya Matisse segala.  

Lalu Indra yang mendapatkan petunjuk dari mengenai surat yang datang keesokan hari sesudah Pak Yunus diculik. Surat untuk siapa? Sementara Pak Yunus tinggal sendirian. Sekretarisnya kah? Apakah sekretaris membacakan surat ke satpam dengan detil? Tak mungkin satpam membaca surat-surat yang datang kan!?

Untuk Remaja

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama mengategorikan komik ini untuk remaja 15 tahun ke atas. Menurut saya, sudah bisa dibaca dari usia 10 atau 12 tahun. Ceritanya cukup sederhana. Tidak ada adegan kekerasan yang berdarah-darah. Hanya ada sedikit kisah percintaan. 

Komik ini membuat saya penasaran dengan serial Re:On. Sayangnya, sulit menemukannya di iPusnas. Saya hanya berhasil menemukan komik Jingga dan Senja, yang ternyata hanya bagian pertama dari entah berapa bagian, yang saya cari di Gramedia Digital pun baru ada satu itu saja. Tapi toh, saya kurang tertarik dengan ceritanya juga.

Apakah saya jadi ingin membaca Histoire de ma vie-nya Giacomo Casanova? Mengecek apakah benar tak ada jejak mengenai kaum Touché yang kata Pak Yunus sudah dihilangkan? Yang jelas, saya tertarik membaca novel Touché aslinya. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho