Belenggu Ilse — Ruwi Meita

Saya tertarik dengan Ruwi Meita sesudah kedua kalinya Kak Risna mengulas buku-buku karyanya: Mereka Bilang Ada Toilet di Hidungku beberapa waktu yang lalu dan kemudian Rumah Lebah di Pertemuan KBK Oktober 2023 kemarin. Saya mencari nama Ruwi Meita di iPusnas. Ternyata ada beberapa bukunya di sana.

Karena menghindari buku yang sinopsisnya seram-seram apalagi kalau tokohnya anak-anak, saya memilih Belenggu Ilse. Dengan mengantri, tentunya!

Amnesia

Menceritakan tentang Ilse yang sesudah menghilang selama dua tahun, tiba-tiba kembali sendiri ke rumahnya. Ilse pulang dalam kondisi fisik yang mengenaskan. Dan dia amnesia. Tidak ingat apa-apa, bahkan identitasnya sendiri.

Ilse juga bertingkah aneh. Dia makan langsung dari piring dan minum dengan cara menjilat-jilat seperti binatang. Tak menggunakan tangannya.

Kale, anak perempuannya, takut pada Ilse. Kale enggan mendekati ibunya. Dia memilih bersama Ralia yang sudah mengasuhnya selama itu dan merupakan sahabat dekat ibunya.

Ralia ingin tahu apa yang terjadi selama dua tahun Ilse menghilang. Apa yang membuat sahabatnya yang mulanya secantik puteri dongeng itu menjadi kurus kering dengan rambut dicat putih? Mengapa dia berkelakukan seperti binatang?

Namun Firas, suami Ilse, memutuskan tidak melapor polisi. Dia bahkan menunggu beberapa hari sebelum berkonsultasi dengan dokter keluarganya. Dia ingin mengamati dulu reaksi Ilse yang suka meledak-ledak emosinya.

Mencekam, Membuat Penasaran

Membaca bab pertama buku ini, saya nyaris urung melanjutkan. Tema perselingkuhan, apalagi sampai hubungan seksual di luar nikah membuat enggan. Apalagi kalau settingnya Indonesia. Namun tetap saya lanjutkan. Hingga selesai sebelum masa pinjam habis. Padahal sempat tak percaya diri karena 332 halamannya.

Buku ini memang menarik. Sudut pandang penceritaan berubah-ubah. Masing-masing karakter kebagian. Buku ini ternyata cukup seram juga. Tapi berhasil membuat saya yang sebenarnya bukan penggemar thriller lanjut, karena makin penasaran akan akhir ceritanya. Bahkan jadi penasaran: adakah akhir ceritanya?

Penceritaan Ruwi Meita cukup efektif. Kisah tidak berbelit-belit. Dari awal sudah dijelaskan bahwa Ilse berlaku seperti binatang setelah 747 hari disekap. Tidak ada keraguan tentang itu. Tapi mengapa?

Sepanjang membaca, saya bertanya-tanya apa yang sudah dilakukan Ralia terhadap Piti. Apalagi didukung bahwa Ralia seperti ada masalah dengan ayahnya, lalu ada salah satu kartu pos yang menceritakan R membakar barang-barang pemberian seseorang yang dipanggilnya ayah. Ditambah informasi mengenai penyewa rumah tempat disekapnya Ilse yang bernama Nania dan bersuara berat.

Namun kecurigaan saya lebih tertuju pada Firas. Kenapa tak langsung lapor polisi? Atau membawa ke dokter. Apalagi mereka memiliki dokter pribadi. Dan kecurigaan saya bertambah saat dokter Grace mengatakan bahwa meski disiksa, Ilse juga diobati oleh orang yang paham tentang pengobatan. Cocok sekali dengan karakter Firas.

Apa yg sudah dilakukan Ilse pada Evi? Siapa laki-laki perak? Banyak pertanyaan yang semua baru terjawab di akhir cerita.

Saya hanya menyesalkan Dean yang terlalu mudah mengungkap keterlibatannya. Tapi mungkin karena dia masih muda juga. Dan memang sudah berniat untuk keluar dari jaringan.

Saya suka duo polisi Saram dan Hana. Interaksi mereka memberi selingan segar dalam buku yang cukup tegang ini. Tapi 55 tahun disebut laki-laki tua? Coba yaaa. Hahahaha. 

Buku ini makin seru saat dibaca sambil mendengarkan Shoot Me Now-nya Fatin dan lebih-lebih Koi no Fuga-nya The Peanuts yang memang masuk dalam unsur cerita. Nuansa creepy-nya jadi lebih terasa.

Kisah Cinta

Ruwi Meita mendeskripsikan dirinya di akun Instagramnya sebagai "thriller, suspense, horor, author". Dan saya lihat buku-bukunya memang begitu. Novel Belenggu Ilse ini sendiri juga mencekam. Novel thriller psikologi dengan tema kisah cinta. Kisah-kisah cinta dengan berbagai bentuknya.  

Kamu butuh alasan untuk membenci tapi beda dengan mencintai. Nggak perlu banyak alasan untuk mencintai seseorang. Datang tiba-tiba seperti angin. Bisa hanya mampir, bisa juga singgah dan menetap, tapi antara membenci dan mencintai punya kesamaan. Dua-duanya bisa merusak. 
(Hal. 169)

Oleh penerbit PT Elex Media Komputindo, buku ini dikategorikan sebagai novel misteri untuk 18 tahun ke atas. Buku ini mengandung konten kekerasan fisik dan seksual.

Novel yang terbit 2019 dengan editor Dion Rahman ini membuat saya tertarik untuk membaca buku-buku Ruwi Meita lainnya.

Dan ya, ada kok, akhir ceritanya. Meski masih ada bagian-bagian yang dengan apiknya dibiarkan terbuka. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho