Et Si les Chats Disparassaient du Monde... — Kawamura Genki

Novel Et Si les Chats Disparassaient du Monde... karya Kawamura Genki ini sudah sempat saya lirik sejak lama, bahkan sebelum membuat wishlist "buku bertema kucing" di tahun 2023 lalu. Namun saya urung. Ragu dengan temanya yang sedih.

Akhirnya saya membacanya setelah didorong Butet untuk membelinya di sebuah toko buku saat kami ke Aix en Provence. Toko buku Mon Chat Pitre yang spesial karena ada beberapa kucing di dalamnya! 

Satu Benda untuk Satu Hari

Menceritakan tentang narator, seorang laki-laki berusia 30 tahun, yang divonis mengidap kanker stadium akhir. Dokter menyatakan bahwa hidupnya tak akan lama lagi. Saat pulang ke rumahnya, dia didatangi iblis yang menyaru dalam wujudnya.

Si iblis yang dipanggilnya Aloha karena selalu mengenakan kemeja bermotif Hawaii dipadu dengan celana pendek itu mengatakan bahwa dia akan meninggal, bukan dalam enam bulan, tetapi keesokan harinya! Aloha menawari narator untuk memperpanjang hidupnya: satu hari untuk setiap benda yang dihilangkan dari muka bumi.

Seperti mudah, ternyata menghilangkan benda tidak sesederhana itu. Telefon, film, jam tangan, ... kucing? 

Setiap akan menghilangkan sesuatu, Aloha memberi kesempatan pada narator untuk memanfaatkannya sepanjang hari. Sedikit demi sedikit narator menyadari bahwa setiap benda ada artinya. Bahwa setiap hal yang ada, yang terjadi di dunia ini ada maknanya.

Chaque chose existe pour une raison, mais rien ne justifie sa disparition. C'est ainsi.
(Hal. 142)

Jalan Damai

Saya ... euh, lebih tepatnya Butet sih ... membeli novel ini bulan Juni lalu sebagai kenang-kenangan dari Aix en Provence. Kenang-kenangan ke Mon Chat Pitre juga ... di samping tote bag dan satu buku tentang menggambar kucing. Heu ... hehehe. 

Buku ini langsung saya baca saat menunggu kedatangan bus yang membawa kami pulang di terminal Aix en Provence yang hari itu suhunya sampai 41°C! Tapi mandeg. Lama. Dan baru saya lanjutkan lagi akhir November yang baru berlalu.

Saat menunggu bus di terminal selama satu jam, saya sudah membaca setengahnya. Tak heran saat melanjutkan kemarin, saya bisa menyelesaikannya dengan cepat. Memang bahasa di novel yang diterjemahkan oleh Diane Durocher ini sederhana. Dan memang hanya setipis 166 halaman saja! Selain itu, kisahnya sendiri membuat penasaran. 

Seperti tokoh dalam cerita yang tidak diberi nama, saya pun sempat berpikir bahwa gampang lah, menghilangkan benda demi memperpanjang usia. Namun ternyata tak semudah itu. Benda yang dihilangkan tidak bisa sembarangan. Harus sesuatu yang berarti, yang esensial. Dan harus disetujui oleh Aloha. 

Les hommes passent leur temps à créer des choses, toujours plus d'objets, dont ils ne savent meme plus s'ils en ont besoin ou pas. 
(Hal. 21)

Misalnya, mulanya ide pertama untuk dihilangkan adalah cokelat. Namun saat Aloha tidak menyetujui dihilangkannya cokelat, ya tidak bisa! Rupanya sekian lama keberadaannya, belum pernah sekalipun makan cokelat! Yang buat saya, ini tak bisa dipercaya! Hahaha.

Namun ternyata menghilangkan benda ini hanyalah jalan. Jalan bagi narator untuk menyadari banyak hal dan berdamai dengan masa lalunya. Dan berdamai juga dengan nasibnya.

Bumbu Humor untuk Tema Berat

Buku yang terbit pertama kali di Jepang dengan judul 世界から猫が消えたなら pada tahun 2014 ini sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia. Pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis pada tahun 2017, novel ini mengambil judul Deux Milliards de Battements de Cœur ( Dua Miliar Detak Jantung). 

Kabarnya rentang hidup mamalia adalah sekitar dua miliar detak jantung, baik yang sangat lambat maupun yang sangat cepat. Bagi gajah, itu setara dengan lima puluh tahun. Kuda dua puluh, kucing sepuluh, tikus dua tahun. Bagi manusia, perhitungannya adalah sekitar tujuh puluh tahun.
(terjemahan bebas hal. 109)

Di Indonesia, Jika Kucing Lenyap dari Dunia sudah diterbitkan oleh Penerbit Baca (dengan dua pilihan sampul: biru atau merah pink!) pada Maret 2021, diterjemahkan oleh Ribeka Ota dengan editor Anton Kurnia.

 

Saya baru mendapati bahwa novel ini sudah diadaptasi ke dalam film pada tahun 2016, dengan Satoh Takeru sebagai pemeran utamanya. Sayang sekali saya belum menemukan di mana bisa menontonnya.

Novel ini juga sudah diadaptasi ke dalam manga dengan Yukinoshita Rose sebagai kartunisnya pada tahun 2013. Terdiri dari 4 jilid, manga ini belum saya temukan terjemahannya. Di sini, tokoh utamanya memiliki nama: Tokio Naruse.

Buku ini mengandung tema berat dan dalam, tetapi disajikan dengan penuh humor sehingga pada akhirnya saya dapati tak sedih-sedih amat. Saya tidak yakin dengan versi film dan manga-nya, tetapi kalau di novelnya, jangan berharap akhir yang bahagia. Enfin, versi bahagia standar nih ya. Karena ... 

Ah, baca saja sendiri! Hahaha.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho