Good Girl, Bad Blood — Holly Jackson

Kepenasaran mampu mengalahkan kemalasan. Terbukti dengan keberhasilan saya menyelesaikan novel Good Girl, Bad Blood hanya dalam kurang dari satu minggu saja. Jangan protes: menghabiskan satu buku 413 halaman dalam seminggu itu untuk saya sudah cukup cepat! Hahaha.

Novel ini merupakan buku kedua dari trilogi A Good Girl's Guide to Murder yang juga saya baca dengan cepat. Sepertinya memang buku-buku Holly Jackson cocok buat saya, ya!?

Pip Kembali Beraksi

Menceritakan tentang Pip yang sesudah menyelesaikan kasus Andie Bell membuat kanal podcast yang, atas usul Ravi, diberi nama A Good Girl's Guide to Murder. Di kanal podcast ini Pip menjelaskan dan mendokumentasikan langkah-langkah penyelidikannya. Dalam episode terakhir podcastnya, Pip mengungkapkan bahwa dia tidak akan melakukan penyelidikan lagi. Ini diputuskannya mengingat betapa resiko yang menimpanya selama melakukan penyelidikan.

Keputusan Pip tak bertahan lama. Connor, salah satu sahabat dekatnya, meminta bantuannya. Jamie, kakak Connor, tak ada kabarnya. Polisi tak mau melakukan penyelidikan karena Jamie dianggap sudah dewasa. Apalagi Jamie sudah pernah pergi dari rumah untuk kemudian kembali beberapa hari kemudian.

Arthur, ayah Jamie dan Connor pun tak mau membantu Pip. Dia pikir, itu bukan masalah besar. Hanya Connor dan ibunya yang memohon kepada Pip untuk menjadikan hilangnya Jamie sebagai bahan podcast. Mereka berharap agar makin banyak orang yang tahu dan mungkin membantu memberi informasi mengenai keberadaan Jamie. Atau mungkin Jamie sendiri yang mendengarkan kekhawatiran ibu dan adiknya, lalu memberi kabar.

Dalam penyelidikannya, Pip menemukan rahasia-rahasia lain yang disimpan oleh penduduk Little Kilton.

Masih Ada Rahasia di Little Kilton

Membaca buku ini saya merasa relate. Bagaimana Pip melakukan rekaman, pengeditan dengan Audacity, ... eh? Hehehe. Jadi nostalgia saat masih aktif mengedit podcast untuk Klub Buku KLIP dulu, ceritanya.

Saya memang menyelesaikan membaca dengan cukup cepat. Namun untuk menulis ulasannya, itu perkara lain lagi! Kali ini ada alasan periode liburan ke Indonesia. Tapi masak selesai baca dari awal Juli, akhir Agustus baru selesai mereviu? Memang saya masih harus lebih berusaha memperpendek jarak antara membaca dan menulis ulasan. 

Kisah di buku 2 ini hanya berjarak beberapa bulan sejak terungkapnya kasus Andie Bell. Di awal, Pip digambarkan agak trauma dengan penyelidikannya untuk tugas akhirnya itu. Ada ketakutan bahwa pengalaman yang mengancam jiwanya, dan bahkan kehilangannya, akan terulang. Pip tak mau membahayakan keluarga dan orang-orang terdekatnya. Namun saat Pip membuat keputusan untuk mulai lagi, dia masih saja berapi-api. 

Sudah dilarang, diperingati, bahkan sadar dari pengalamannya sendiri, tetap saja Pip sering sembronox. Meski ada Ravi yang selalu siap setiap saat untuknya, Pip masih suka mengambil keputusan sendiri tanpa pikir panjang, yang membawanya dalam situasi yang amat membahayakannya.

Di jilid ini terungkap kepenasaran saya atas beberapa tokoh di buku pertama. Mereka ternyata memiliki rahasia yang sangat panjang dan kelam. Yang menjelaskan perilaku mereka dalam kaitannya dengan kasus Andie Bell. Yang membuat saya bertanya-tanya, mengapa tak dimunculkan dalam adaptasi serialnya, dan bagaimana nanti adaptasinya jika ada season 2.

Konten Kekerasan

Apakah akan ada season 2 untuk serial A Good Girl's Guide to Murder dengan mengadaptasi Good Girl, Bad Blood ini? Kita lihat saja.

Yang jelas buku 2 ini lebih banyak mengandung kekerasan ketimbang buku 1. Dan saat ini saya sedang membaca buku ketiga: As Good as Dead yang lebih banyak lagi adegan brutalnya! Tak heran di sampul belakang buku 2 dan buku 3 terdapat catatan "Contains mature content", yang tak dicantumkan di buku 1.

Sampai saat saya menulis ini, saya sudah menjelang akhir buku 3. Semoga saja reviunya nanti lebih dekat jaraknya dari akhir membacanya ya!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho