Anak Teladan — Jeong You Jeong

Setelah membaca Kim Ji Yeong, Lahir Tahun 1982 kemarin, saya jadi tertarik membaca karya penulis Korea yang lain. Googling penulis Korea dan mendapatkan beberapa referensi. Satu per satu saya cari di iPusnas. Niat? Emang! Memanfaatkan waktu menunggu matahari terbit untuk tidur lagi. Eh? Kan tidurnya orang puasa itu berpahala. Hihihi.

Ada sembilan buku yang saya temukan. Agak urung memasukkan ke wishlist karena kebanyakan thriller. Tapi yah, coba saja. Kengerian akan thriller kalah oleh kepenasaran akan literatur Korea.

Salah satu—ya dari wishlist, ya dari thriller—nya tersedia beberapa hari kemudian. Anak Teladan (The Good Son) karya Jeong You Jeong yang dialihbahasakan oleh Iingliana.

(Me-)Lupa(-kan)

Menceritakan tentang Han Yu Jin, pemuda berusia 26 tahun yang suatu pagi terbangun oleh aroma darah yang kuat. Dia bersiap untuk terkena serangan epilepsi. Memang dia sudah terbiasa menghadapi gejala membaui darah ini sebelum kejang-kejang menerpa.

Ternyata kejang tak kunjung tiba. Didapatinya kamarnya penuh bercak darah. Demikian pula pakaian, rambut, dan wajahnya. Namun dia tak terluka. Darah siapa?

Jejak darah masih terdapat pula di luar kamarnya. Ada genangan di bordes, berlanjut menuruni tangga, hingga genangan baru di depan pintu dapur. Di genangan itu, dia melihat ibunya terbaring dengan luka besar di lehernya!

Satu-satunya cara untuk menghadapi sesuatu yang tidak bisa dihadapi adalah dengan melupakannya.
(Hal. 309)

Yu Jin yang sering bermasalah dengan ingatannya akibat epilepsi yang dideritanya berusaha mengingat apa yang terjadi di malam sebelumnya. Dan dalam penggalian memorinya, dia mengungkap pula kejadian-kejadian lain, di masa yang lebih jauh.

Ngeri, Tetapi Penasaran

Dari awal seperti sudah langsung jelas siapa pembunuh si ibu. Tapi saya dibawa penasaran, apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa? Bagaimana? Semakin berjalan cerita dan semakin terang kejadiannya, saya malah jadi ragu sendiri; benarkah dia pelakunya? Segampang itu kah terungkapnya sedangkan buku belum juga seperlimanya?

Penceritaan yang menggunakan sudut pandang orang pertama membawa kita menyelami tokoh utamanya. Alur yang maju-mundur terasa alami. Meski kadang membingungkan karena tak selalu ada penanda pemisahnya, langsung ganti aliena saja.

Membacanya, ada simpati yang timbul terhadap penjahat. Kelakuan kakaknya, perlakuan ibunya yang seperti lebih menyayangi anak angkatnya ketimbang dirinya, juga bibinya yang psikiater yang menghalanginya melakukan hal-hal yang diinginkannya. Meski sudah bisa saya tebak penyebabnya, sayangnya pilihan ibu dan bibinya itu tak dijelaskan sampai si anak sudah menjadi dewasa sekalipun kemudian. Tentu saja itu menimbulkan salah pengertian. 

Manusia, baik anak kecil maupun orang dewasa, membutuhkan tempat untuk dituju dan sesuatu untuk dilakukan.
(Hal. 187)

Setiap kali, kejahatan dilakukan dalam situasi yang beralasan. Tidak ada niatan dari awal untuk melakukan pembunuhan. Kecuali dua yang terakhir, yang untuk menutupi kejahatan sebelumnya.

Tentu saja, emosi tidak bisa dijadikan alasan untuk menghilangkan nyawa seseorang. Dan memang, kepuasan yang dirasakan saat melihat hasil perbuatannya, dan lebih-lebih tidak adanya penyesalan itu yang menjadi indikasi seorang psikopat.

Buku 408 halaman yang dirilis pertama kali di Korea pada tahun 2016 dan versi bahasa Indonesianya diterbitkan pada tahun 2019 ini saya baca dalam tiga hari saja. Bukan cuma karena memang harus cepat-cepat, biar selesai sebelum habis masa pinjamnya. Namun memang buku ini menarik sekali. Meski ngeri, kisahnya membuat penasaran.

Untuk Dewasa

Buku ini berjudul asli 종의 기원, Asal Mula Spesies, yang juga menjadi judul bab 4, bab terakhir dari novel.

Di penutup buku, penulis menyatakan bahwa tidak tahu apakah pembaca akan menikmati buku ini, tetapi akan merasa sangat bersyukur apabila pembaca menyukainya. Hmmm... Saya tak bisa bilang suka, dalam hal bahwa dari buku ini kita tak bisa menarik pesan moral positif secara eksplisit. Namun jelas saya menikmati membacanya. Kira-kira bagaimana perasaan penulis ya?

Buku yang penuh kekerasan, tekanan psikologi, dan dengan ending menggemaskan ini memang lebih baik dibaca untuk mereka yang sudah dewasa. Seperti yang disarankan penerbitnya di sampul belakang, untuk 17 tahun ke atas.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho