Welcome to the Hyunam-dong Bookshop — Hwang Bo-reum
Novel Welcome to the Hyunam-dong Bookshop karya Hwang Bo-reum ini saya selesaikan dengan penuh perjuangan! Saya harus meminjamnya 3 kali untuk bisa menuntaskan 320 halaman fisiknya. Ditambah lagi, novel ini begitu populernya sehingga antrian peminjam sangat panjang. Saya harus menunggu lama setiap kali meminjam ulang.
Dari pertama meminjam di awal Juli, saya baru menyelesaikannya pertengahan November! Gubraks nggak sih? Hahaha.
Toko Buku Yeong-ju
Menceritakan tentang Yeong-ju yang memutuskan untuk membuka toko buku. Awalnya, alasannya sederhana saja: karena dia suka membaca. Namun kemudian dia menyadari bahwa suka membaca saja tidak cukup untuk mengelola toko buku.
Dia pun pertama beride untuk merekrut seorang barista agar kopi yang disajikan bagi para pelanggan lebih berkualitas. Lalu dia mengadakan diskusi buku, mengundang penulis, mengadakan lokakarya kepenulisan, ... Berbagai kegiatan diadakan untuk membuat toko bukunya menjadi tempat berkumpulnya pecinta buku, tak sekedar sebagai tempat jual-beli buku.
Yeong-ju biasa menulis blog untuk membagi pengalaman membacanya. Saat sebuah media menawarinya untuk menulis kolom khusus, Yeong-ju ragu untuk menerimanya. Dia merasa belum cukup percaya diri, tetapi menyadari bahwa itu adalah kesempatan emas untuk mempromosikan tokonya. Yeong-ju pun meminta bantuan kepada salah satu penulis yang sempat diundangnya mengisi bedah buku dan lokakarya untuk membimbingnya dalam menulis.
Melelahkan tapi Penasaran
Saya membaca novel berjudul asli 어서 오세요, 휴남동 서점입니다 ini di DLKL dalam versi bahasa Inggris dengan penerjemah Shanna Tan. Novel ini menarik saya karena tema bukunya, tentu saja. Reviu yang sudah ada bagus, sampulnya pun cantik. Namun ternyata saya tersendat membacanya.
Bukan hanya karena tebalnya novel dan panjang antrian yang membuat saya lambat menyelesaikannya. Kemampuan bahasa Inggris juga. Eh? Hehehe. Tapi memang ada satu lagi: konten novel.
Saya suka membaca buku manis, feel good novel, untuk benar-benar bersantai. Dan dari sinopsis dan reviu yang sudah ada, novel ini sepertinya memenuhinya. Namun ternyata saya sering merasa bosan dan berhenti membaca hingga harus tiga kali pinjam untuk menyelesaikannya.
Ada banyak tokoh dalam buku ini. Saya sulit membedakan siapa adalah siapa. Untung saya membacanya dalam versi digital. Saya tinggal mencari nama tokohnya untuk melacaknya.
Di beberapa titik, adegan berupa obrolan yang penuh dengan pesan moral melelahkan saya—apalagi jika ditambah harus mencari siapa saja yang sedang berbincang (duh!). Novel ini banyak menyebutkan referensi sastra. Tak hanya fiksi, tetapi juga non fiksi. Awalnya menarik. Lama-lama saya rasa jadi terlalu banyak.
Saya tidak bisa merumuskan kesan saya dengan kata-kata. (Itulah bedanya dengan yang benar-benar belajar sastra ya!? Heu....) Karenanya saya memerlukan waktu untuk akhirnya memutuskan menulis ulasan ala-ala ini.
Yang jelas saya merasakan ganjalan yang sama saat membaca La Petite Echoppe des Jours Heureux. Penceritaannya tidak halus mulus bagi saya. Lost in translation? Atau memang demikian gaya penulisnya?
Meski terganjal di sana-sini, saya tetap menyelesaikannya. Bahkan dengan usaha, kan!? Artinya, novel ini layak dibaca lah ya.
Saya memang penasaran dengan mau dibawa ke mana pembaca. Setelah berputar-putar dengan berbagai muatan, ke mana arahnya? Terus terang saya tidak yakin bisa menyimpulkannya. Selain tentang Yeon-ju yang akhirnya benar-benar jadian dengan tokoh yang saya duga! Hehehe.
Referensi untuk Toko/Klub Buku
Buku ini sarat dengan kalimat-kalimat quotable. Sayang sekali saya tidak sempat membuat tangkapan layar di ketiga periode peminjaman. Selalu saja terburu kehabisan masa pinjam.
Novel pertama Hwang Bo-reum yang berlatar belakang pendidikan computer science dan pernah bekerja sebagai software engineer ini sudah diterbitkan dalam versi bahasa Indonesia oleh Grasindo pada tahun 2024 dengan penerjemah Suci Anggunisa Pratiwi.
Meski fiksi, ada banyak ide yang bisa diterapkan untuk meningkatkan minat baca sekitar kita, membuat klub buku, atau kenapa tidak membuka toko buku?



Komentar
Posting Komentar