La Maison aux Livres — Enis Batur

Pertemuan Club Lecture bulan Oktober 2025 diadakan lebih awal. Biasanya dijadwalkan di Sabtu ketiga, kali ini diselenggarakan di Sabtu pertama. Sekalian meramaikan Biblis en Folies, sebuah acara memasyarakatkan perpustakaan yang dicanangkan pertama kali tahun 2024 lalu ... dan saya tak ingat sama sekali! Heu....

Buku yang dipilih kali ini adalah La Maison aux Livres (Rumah Buku) karya seorang penulis Turki Enis Batur yang diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh François-Michel Durazzo.

Warisan Perpustakaan 

Menceritakan tentang seorang penulis yang tetiba mendapat warisan dari orang tak dikenal. Seorang pengacara menemuinya untuk memberi kabar itu. Sang pengacara tidak boleh menginformasikan tentang siapa profil Pewaris. Dia hanya bisa memberitahu bahwa warisannya berupa perpustakaan dan sang penulis boleh mengunjunginya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mengambilnya atau tidak.

Segala urusan tentang perpustakaan sudah ditangani. Segala biaya, perawatan, semua sudah diatur oleh pewaris misterius. Sang Penulis tinggal menandatangani hal kepemilikan. Tak ada kerepotan yang diperlukan.

Saat mengunjungi lokasi, memang sudah ada pasangan suami-istri yang menjaga pemeliharaan perpustakaan dan semacam hutan kecil yang mengelilinginya. Penulis sempat ragu saat melihat bangunannya yang transparan, mengingat dia sangat benci berada di dalam situasi di mana merasa diobservasi. Namun saat melihat koleksi buku yang berada di dalamnya, sang Penulis pun terpesona.

Buku-buku yang dikoleksi oleh Pewaris sejalan dengan selera Penulis. Penyusunannya yang tak biasa pun sejalan dengan pengategorian yang biasa dia pilih. Setelah berpikir kembali, Penulis menyetujui menerima warisan itu.

Persepsi Pembaca

Saya merasa kesulitan membaca buku 208 halaman ini. Awal buku bertele-tele dan saya tak melihat hubungannya dengan inti cerita pada akhirnya. Sempat terpikat saat memasuki bagian perpustakaan, lalu bingung lagi. Sampai selesai membacanya, saya tak mengerti apa yang mau penulis—Enis Batur, bukan Penulis dalam cerita yang menjadi narator dan tidak diberi nama—sampaikan pada pembaca.

Karenanya, lega sekali saat pada pertemuan klub ternyata semua merasakan yang sama. Seingat saya, tak ada satupun yang tegas menyatakan suka pada buku ini. Semua bingung. Semua kesulitan. Bahkan Nathalie, animatrice kami, pun tak yakin dan hanya menyampaikan interpretasi pribadi. 

Baiklah. Paling tidak, bukan karena sayanya aja yang lelet! Hahaha.

Nathalie membuka pertemuan dengan pertanyaan "Pembaca seperti apakah, Anda?"

Masing-masing peserta diminta menjawab satu per satu. Ada yang pelahap buku, ada yang bercerita pertama kalinya membaca di masa kecil, ada yang membahas buku yang paling berkesan, ada yang mengaku baru mulai membaca saat tak sengaja bergabung dengan Club Lecture. Manis sekali, kan!?

Saya sendiri mengungkapkan kalau saya tak suka membaca non fiksi (hehehe) dan genre horor. Saat saya jelaskan bahwa saya tidak banyak membaca, hanya menyelesaikan 2—3 buku per bulan, semua protes. Katanya itu sudah banyak! Ah, ya, alhamdulillah kalau begitu ya. 

Pada setiap pertemuan klub yang diadakan di perpustakaan kota itu, saya melihat beberapa peserta datang mengembalikan setumpuk buku dan pulang membawa setumpuk lain sebagai pinjaman. Padahal masa pinjam hanya dua minggu. Kalau saya hitung-hitung, itu artinya praktis mereka menyelesaikan satu buku tiap dua hari! 

Saya pernah mengungkapkan kekaguman itu pada mereka. Dan mereka menjawab, "Kan kami pensiunan. Sudah tak perlu urus anak, pula!"

Tetap saja kan ya!?

Enfin bref.

Dari jawaban para peserta tadi, Nathalie menyambungkan ke buku bahasan. Katanya, persepsi terhadap buku bisa berbeda-beda, tergantung pada masing-masing pembaca. Seperti halnya Penulis yang menyukai perpustakaan bukan karena berisi banyak buku langka atau buku best-seller.

Itu menjadi pendahuluan untuk menggarisbawahi bahwa mungkin apa yang dia tangkap berbeda dengan maksud penulis buku sebenarnya. Heu.... Hihihihi. 

Meninggalkan Penasaran

Tapi memang benar demikian kan!? Bedanya dengan saya yang hanya main rasa, Nathalie mengatakan semua itu atas dasar bahwa dia belum pernah membaca karya penulis Turki sama sekali. Dia "hanya" membahas dari segi gaya bahasa secara umum dan tak ada dasar tentang bahasa Turki. Dia tak mendalami kebudayaan Turki meski kebetulan sekali usai menikmati beberapa hari liburan musim panas di sana.

Kebetulan? Ya! Karena buku bahasan Club Lecture merupakan pilihan tim perpustakaan, bukan pilihan animatrice meski ikut ketok palu setuju atau tidak.

Demikian, kepenasaran saya terhadap Rumah Buku belum terpuaskan. (Jangan tanya soal siapa Pewaris ya. Itu sih tak diungkap sampai akhir.) Bahkan ada perbedaan pemahaman akan akhir cerita juga di antara seluruh peserta. Dan justru itu daya tariknya bukan sih?

Namun, meski tertantang, saya tak yakin akan membaca ulang buku ini—atau mencari buku lain karya Enis Batur. Biarkan saja pemahaman saya seperti yang saya miliki. Tak perlu memastikan kebenarannya. Paling tidak untuk saat ini! 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho