Sepasang Elang dari Diyarbakir — Zaky Yamani

Perjalanan Mustahil Samian dari Lisboa: Sepasang Elang dari Diyarbakir adalah buku ketiga yang saya prapesan sebelum liburan ke Indonesia. Novel ini merupakan buku kedua dari trilogi Perjalanan Mustahil Samian dari Lisboa yang pertama memikat saya dari sampulnya. Dan lalu saya terpikat dengan tulisan Zaky Yamani.

Sayangnya, saya belum berhasil masuk ke bukunya yang lain yang saya berhasil saya pinjam di iPusnas. Karenanya, senang sekali saat diberitakan terbitnya buku kedua ini, pas saya bisa lekas menjemputnya. Sampulnya masih digambar cantik oleh Varsam Kurnia pula! 

Sempat ragu apakah sekalian membeli buku pertama yang sebelumnya saya baca di iPusnas untuk koleksi, atau apakah membeli Kereta Semar Lembu yang meraih berbagai penghargaan—sehingga wajar saja kalau antrian di iPusnas panjang. Apa daya saldo Gopay tak sampai. Eh? Hehehe.

Buku Harian Kedua

Buku kedua ini merupakan transkripsi dari buku harian kedua Samiam. Profesor Barend Hendrik van Laar membelinya di Isfahan. Buku yang katanya ditemukan di Bandar Abbas itu berisi catatan Samiam periode Juni hingga November 1545. 

Samiam menceritakan masa-masa setelah diculik di Konstantinopel serta terpisah dari Bianca dan Joao. Setelah bersembunyi beberapa waktu, Samiam mulai mencari mereka dengan bantuan Farhad, seorang penyair Persia.

Samiam mencatat kembali kisahnya pada saat diculik hingga kemudian terpisah itu. Disidang, menjadi budak, melakukan perjalanan sampai ke Saudi Arabia dan kemudian ke Persia. Semua dilakukan demi menemukan kembali istri dan pamannya.

Secara paralel, Samiam mencatat pengalamannya sejak mendapatkan informasi mengenai lokasi keberadaan keduanya, hingga akhirnya bisa bertemu kembali dengan mereka. 

Titik Tolak ke Sunda

Dari awal membaca, saya bertanya-tanya apakah yang dimaksud dengan "sepasang elang" dalam judul. Apakah harfiah, atau simbolik? Kalau simbolik, melambangkan siapa? Atau apa?

Syair tentang sepasang elang ini sudah ditampilkan di awal buku. Namun jawabannya baru saya dapatkan di halaman 172. Siapakah itu? (Ya, siapa, bukan apa.) Baca saja sendiri saja yaaa.

Membaca dengan jarak setahun, terus terang saya sudah lupa cerita di buku pertama. Menuliskan reviu buku kedua ini dengan jarak hampir dua bulan dari menyelesaikan membacanya saja sudah membuat saya banyak lupa detil tuh. Namun memang, seperti halnya buku pertama, buku kedua ini juga mengandung banyak sekali detil. Banyak nama, kota, negara, organisasi, ... apalagi ditambah dengan pewaktuan kisah yang melompat-lompat.

Berbeda dengan pernyataan Profesor van Laar dalam pengantarnya yang menganggap buku kedua ini lebih berbobot karena penceritaan latar sejarah di setiap tempat dalam buku, saya melihat penceritaan sejarah itu berlebihan. Lebih berbobot dalam artian jadi berat. Deskripsi kota juga terlalu detil. Bahkan berulang, untuk Teheran.

Sepertinya aspek ini yang membuat saya merasa buku kedua ini kurang greget dibanding buku pertama. Apalagi di bagian pertengahan ke akhir ada banyak pengulangan kata "itu". Editornya sudah mulai lelah kah? Atau pasrah dan percaya pada penulis? Atau percaya pada kesetiaan para penggemar si penulis? Seperti saya?

Dan memang, saya masih suka buku ini dan penasaran akan kelanjutan kisah Samiam. Karena tentu saja, pertemuan Samiam dengan Bianca dan Joao bukanlah akhir dari cerita. Kan masih ada buku ketiga tuh! Hehehe. 

Apalagi buku ketiga akan menceritakan soal perjalanan Samiam ke tanah Sunda. Karena di buku kedua ini memang titik tolak Samiam untuk mantap ke tanah leluhurnya itu! Hohooo! Bikin penasaran nggak tuh?

Sekali lagi: baca sendiri saja!

Ilustrasi Peta Perjalanan

Buku ini dikategorikan penerbit Gramedia Pustaka Utama untuk pembaca 17 tahun ke atas. Masih ada bahasan kekerasan, terutama di episode perbudakan. Teori konspirasi masih mewarnai. Tak lupa tentunya bumbu magis dengan bayangan hitam yang masih menghantui dan sekaligus melindungi Samiam.

Saya menyukai dicantumkannya ilustrasi peta yang disusun oleh Rahinna Anais Yamani (putri dari penulis?) yang sangat membantu dalam menelusuri jalur perjalanan Samiam.

Kapan buku ketiga diterbitkan, ya?

Apakah akan ada prapesan bertanda tangan lagi?

Semoga saja pas saldo Gopay sudah terisi lagi! Hihihi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho