Yellowface — Rebecca F. Kuang

Sudah beberapa lama saya tertarik pada novel Yellowface karya Rebecca F. Kuang. Hanya pemandangan tumpukan buku yang belum sempat terbaca yang menahan saya. Namun akhirnya saya tergoda setelah mulai mengurangi tumpukan buku dan 2 bulan absen Club Lecture, yang artinya tak membeli buku baru juga.

Saya membelinya sekaligus bersamaan dengan Good Girl, Bad Blood, lanjutan A Good Girl's Guide to Murder. Saya memilih membaca Yellowface terlebih dahulu. Kenapa tidak baca dua-duanya? Bukannya biasa baca paralel? Karena saya sedang membaca Ripley untuk Ciné Lecture. Dan biarkan Holly Jackson mengendap dulu. Ganti membaca R.F. Kuang dulu.

Manuskrip Athena

Menceritakan tentang Juniper Hayward yang menyaksikan meninggalnya Athena Liu, teman sejak kuliah sekaligus seorang penulis terkenal. Dalam kehebohan musibah itu, June sempat menyambar manuskrip Athena yang sempat ditunjukkan padanya malam itu.

Kisah yang ditulis Athena sangat bagus, tetapi belum terstruktur tuntas. June yang juga penulis, dengan buku pertama yang tak sukses, merasa bersemangat untuk mengeditnya. Apalagi Athena biasa membuat draft dengan tulisan tangan! Tak akan ada jejak bahwa Athena pernah menuliskannya selain di manuskrip yang ada di tangan June itu. 

June pun menyalinnya sekaligus menyempurnakannya. Dia merasa sayang, jika buku itu tak diterbitkan. Dia pun menawarkannya pada agen, yang ternyata antusias. Para penerbit pun antusias. June sempat bimbang apakah perlu menceritakan dari mana ide awal buku itu. Namun dia tak mau jadi disisihkan dan tak dianggap berperan, padahal dia sudah bekerja keras, mengingat nama besar Athena.

June pun menyembunyikan fakta mengenai manuskrip Athena. Membiarkan namanya sendiri besar dengan buku yang disempurnakannya itu. Namun sampai kapan rahasia itu tetap terpendam?

Bukan Genre Fantastis! 

Saya mengenal R.F. Kuang dari keponakan saya yang menyukai trilogi The Poppy War. Dia melahap ketiga buku dengan cepat. Dua buku pertama kami beli bersama di Solo sebelum kembali ke rantau. Ya saya yang ke Prancis, juga keponakan saya itu yang kembali ke pondok pesantrennya di Jawa Timur. Buku ketiga saya belikan online, kirim ke papanya, yang lalu membawakannya saat menengoknya.

Saat melihat ramainya promosi penerbitan terjemahan Yellowface di Indonesia, saya langsung terpikir pada ponakan saya itu. Saya mengiriminya sebagai hadiah ulang tahun. Namun ternyata dia tak melanjutkan membaca. Rupanya dia memang hanya tertarik pada genre fantastisnya saja. Bukan pada penulisnya atau gaya tulisnya.

Saya sendiri dari awal sudah tertarik pada sinopsis yang ditampilkan di berbagai media. Penasaran mau dibawa ke mana. Dan makin penasaran sesudah mendengar ulasan Teh Shanty di Pertemuan Klub Buku KLIP bulan Mei 2024—yang sudah tersedia di Podcast KBK—yang membacanya hanya dalam tiga hari. Nyatanya, saya memang terhanyut dalam cerita dan bisa membacanya dengan cepat, meski tentu bukan tiga hari saja. Dan puas!

Dunia Penerbitan

Menarik mengikuti perjalanan June dalam menutupi rahasianya. Menarik bagaimana pemikiran June yang menyayangkan jika ide Athena yang bagus itu terbuang begitu saja. Menarik memikirkan sampai mana batasan kepemilikan karya: apakah mereka yang memiliki (sumber) cerita? apakah mereka yang menyusun idenya? atau mereka yang mengembangkannya menjadi karya yang bisa dinikmati pembaca? 

Menarik menelusuri rasisme terbalik (reverse racism) di mana penulis kulit putih yang menulis tentang sejarah bangsa Cina dirundung oleh para diaspora Cina-Amerika. Apalagi isu perampasan budaya (cultural appropriation) juga sedang ramainya belakangan ini.

Saya sampai mengecek lagi apakah penulis benar-benar memiliki nama belakang Kuang dan berdarah Cina. Tidak hanya untuk melegitimasi trilogi The Poppy War-nya. Tidak seperti June yang mengambil nama tengahnya "Song" agar ada rasa Asianya.

Seperti yang disampaikan Teh Shanty, novel ini juga memiliki muatan menarik yang menceritakan proses penerbitan buku. Dari pengiriman naskah ke agen, pengajuan ke berbagai penerbit, tawar-menawar hak terbit, hingga promosi yang semua itu tidak sama perlakuannya untuk buku yang diperkirakan bakal laris dengan yang biasa-biasa saja. Pemilihan naskah (dan profil penulis!) yang diangkat penerbit pun menarik. 

Apakah benar demikian dalam dunia penerbitan nyata? Mungkin tak seekstrem itu. Namun tetap saja saya heran bagaimana penulis menyebutkan berbagai nama penerbit yang benar-benar ada. Tak semuanya dari sisi positif, pula!

Bagaimana Jika ...

Saat masuk bagian di mana June beride untuk menulis perjalanannya "menyempurnakan" draft Athena, saya jadi berpikir apakah ujung-ujungnya kisah yang saya baca selama itu dalam buku merupakan isi buku June sendiri?

Apakah memang seperti yang dikatakan June di akhir buku, "Bagaimana jika kita salah memahami semuanya?"

What if we got it all wrong?
(Hal. 318)

Buku yang berpusat pada perasaan bersalah yang menghantui ini sangat menarik untuk dibaca. Cara penceritaannya membuat penasaran, sulit berhenti untuk mengetahui akhirnya yang ... masih dalam tahap rencana! Masih dalam tahap "bagaimana jika ..."! 

Namun mungkin memang bukan buat para penggemar R.F. Kuang fanatik sisi fantastis seperti keponakan saya! Hehehe.


Komentar

  1. Menarik ceritanya jadi penasaran pengen baca...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini seru. Dan banyak nambah wawasan dunia kepenulisan dan penerbitan 👍

      Hapus
  2. Awalnya saya malah tertarik trilogi the Poppy war, berhubung bukunya tebal-tebal nggak bisa beli sekarang. Ntar aja kalau sudah di home base.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beda genre mbak. Tergantung selera ya 😉

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho