Kisah Kota Kita — D.K. Wardhani dan Watiek Ideo

Kisah Kota Kita: Sejuta Cerita Jelajah Kota adalah salah satu buku anak yang saya temukan di iPusnas bersamaan dengan Sahabat Bumi bulan lalu. Masih disusun oleh D.K. Wardhani dan bekerja sama dengan Watiek Ideo, buku bergambar ini disunting oleh Vassilisa Agata dengan penata letak Amanda M.T. Castilani dan sampul yang menarik oleh Maretta Gunawan.

Kumpulan 10 Cerita

Kisah Kota Kita menceritakan tentang sebuah kota fiktif bernama Kota Gemilang. Terdapat 10 cerita dalam buku ini. Masing-masing menggambarkan salah satu aspek kota. Di akhir cerita, ada catatan tentang fakta kota yang bersangkutan dengan aspek yang diceritakan.

Saat mulai membacanya, saya mengenali buku Taman Cahaya dan Festival Air. Setelah saya telusuri, ternyata memang kisah-kisah yang ada di buku ini merupakan rangkuman dari 10 buku terpisah. Tak heran jika ilustratornya berbeda-beda.

Baik Kisah Kota Kita maupun 10 buku secara terpisah bisa dibaca secara gratis dan legal di aplikasi iPusnas.

1. Taman Cahaya

Ditulis oleh D.K. Wardhani dan diilustrasi oleh Citra, menceritakan tentang sebuah taman yang sedikit demi sedikit ditinggalkan oleh pengunjungnya. Anak-anak yang biasa bermain di sana beranjak besar, dan mereka lebih suka tinggal di rumah, bermain dengan gadgetnya. Suatu malam terjadi mati listrik. Semua gelap kecuali taman yang terang dengan cahaya kunang-kunang.

2. Jalur Populer

Watiek Ideo dengan ilustrasi oleh Salentinus Sustyo bercerita tentang jalur khusus untuk bus yang dibangun di Kota Gemilang. Sayangnya, ada banyak kendaraan yang merasa iri akan jamur khusus ini dan menyerobot masuk. Akibatnya kemacetan makin menjadi.

3. Toko Merah

Diilustrasi sendiri, D.K. Wardhani mengisahkan sebuah toko bercat merah yang pongah. Lama kelamaan, warnanya memudar dan kusam. Pemiliknya pun sudah lanjut usia dan menjualnya. Beruntung pembelinya adalah seseorang yang memiliki kenangan indah dengan Toko Merah. Dia mengubahnya menjadi Kafe Merah.

4. Poster Heboh

Hutami Dwijayanti mengilustrasi kisah Watiek Ideo tentang kota yang heboh dengan tempelan poster-poster kampanye calon walikota. Ada sekelompok orang yang memprotes. Terjadi bentrok dengan petugas kampanye. Mereka pun mengadu ke Dewan Kota yang dengan bijaknya menertibkan kampanye lewat poster itu.

5. Titian Persahabatan 

D.K. Wardhani dengan ilustrasi oleh Agnes Kartika dan Dyana Wangsa menceritakan tentang jembatan kayu yang dilupakan setelah dibangunnya jembatan baja. Seiring perkembangan kota, jembatan baja makin banyak penggunanya. Makin banyak kendaraan yang membuat berjalan kaki di sana menjadi berbahaya. Para pejalan kaki pun berpindah dan kembali menggunakan jembatan kayu. 

6. Kantor Jingga 

Watiek Ideo dengan ilustrasi Dian Yusnita Setiany menceritakan kantor pos berwarna jingga yang sudah banyak dilupakan. Sudah makin jarang orang berkirim surat. Ibu Murti, kepala kantor pos yang baru, membuat acara Festival Pos untuk memperkenalkan kembali fungsi kantor pos, surat, dan perangko kepada anak-anak. 

7. Stasiun Pelangi 

D.K. Wardhani bersama ilustrator Tiffa Nur Laila bercerita mengenai Stasiun Waru. Stasiun kereta api tua ini terlihat kotor dan dekil. Suatu hari anak-anak datang membawa cat warna-warni. Mereka mewarnai gambar mural yang polanya sudah dibuat oleh kakak-kakak yang lebih besar. Stasiun Waru terlihat bersih dan indah. Anak-anak pun mengganti namanya menjadi Stasiun Pelangi.

8. Pasar Pagi

Diilustrasi oleh Dian Apsari, Watiek Ideo bercerita mengenai Pasar Sitanjung. Suatu hari, terjadi kebakaran di sana karena korsleting di saat hujan. Bapak Walikota memutuskan untuk merenovasi pasar. Pasar menjadi rapi dengan lantai bersih, dan tak perlu khawatir saat di hari hujan. 

9. Festival Air

Bersama ilustrator Haidi Shabrina, D.K. Wardhani menceritakan tentang Pintu Air Wastu yang rusak, tak kuat menahan air di saat hujan besar. Air pun menggenangi rumah-rumah penduduk. Warga segera membersihkan sampah yang menyumbat saluran air dan memperbaiki pintu air yang rusak itu. Saat banjir surut, anak-anak membuat lubang serapan biopori. Mereka pun bisa mengadakan Festival Air di sungai yang sudah kembali bersih. 

10. Pawai Sampah 

Watiek Ideo dengan ilustrasi Diah Fitriana menceritakan tentang tempat penampungan sampah yang sudah menggunung. Untung ada orang-orang yang berinisiatif memisahkan sampah organik dan non organik. Mereka juga memanfaatkan sampah non organik itu untuk dibuat menjadi berbagai barang kerajinan, dan bahkan sebagai kostum yang kemudian diperagakan di pawai.

Jelajah Kota

Buku ini menarik sekali. Ilustrasinya berwarna-warni cerah mendukung teks yang singkat dengan bahasa sederhana. Penulisan aksara yang bervariasi baik dari ukuran maupun penempatannya tentu mengundang untuk membaca. Hanya saja, ide personifikasi beberapa benda dalam perkembangan ceritanya (kios pasar sebelum dan sesudah renovasi, sampah yang didaur ulang, ...) saya rasa sulit untuk masuk logika anak-anak yang kritis dan kita yang sudah dewasa. 

Tema-tema yang ditampilkannya masih aktual, meski sudah 10 tahun berlalu sejak penerbitan pertamanya di tahun 2014 oleh Bhuana Ilmu Populer, grup Gramedia: kemacetan, banjir, dan pentingnya pengelolaan sampah, juga tentang kebutuhan tempat bermain untuk anak-anak, keamanan pejalan kaki, dan kenyamanan pasar tradisional.  

Tak hanya untuk anak-anak, buku ini mengajak kita menjelajah kota, menambah wawasan semua pembaca tentang tata kota dan mengenalkan pembaca pada cagar budaya. Dengan mengenal, diharapkan kita juga ikut peduli, kan!?  

Membaca cerita tentang Kota Gemilang, saya terpikir pada Kota Jakarta. Selain busway, ada Toko Merah yang mengingatkan saya pada yang ada di Kota Tua Jakarta. Namun saya salah! Ternyata Toko Merah di buku ini terinspirasi oleh sebuah toko di Yogyakarta.

Endorsement Tokoh Indonesia

Jelas, saya terpengaruh dengan label "Rekomendasi Ir. H. Joko Widodo" yang kalau berdasar tahun penyusunan buku menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dan demikian pula jabatan yang disebutkan dalam pengantar buku. Meski di sampul belakang, beliau disebut sebagai "Presiden Terpilih Pilpres 2014".

Selain dari Jokowi, ada endorsement dari Anies Baswedan sebagai Pendiri Gerakan Indonesia Mengajar dan Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung. Ketiganya adalah tokoh yang sangat berpengaruh di tahun 2014. Bahkan sampai sekarang. Saya yang berada di rantau, tak tahu efek endorsement mereka untuk buku ini.

Sejalan dengan ketiga tokoh, saya ikut merekomendasikan buku ini untuk dibaca atau dibacakan dan didiskusikan bersama anak-anak, untuk membangkitkan dan meningkatkan kepedulian mereka terhadap kota tempat tinggalnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho