Sahabat Bumi — D.K. Wardhani dan Watiek Ideo

Sejak tahun 1970, 22 April diperingati sebagai Hari Bumi. Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan April 2024 ini pun mengambil tema Bumi. Saya menjadi salah satu pesertanya dan telah memberikan suara dalam votingnya. Saat menulis ini, tantangan sedang dalam tahap penghitungan poin pemenang.

Periode tantangan berakhir, diskusi tentang lingkungan di Grup Telegram MGN bukannya mereda. Malah makin ramai dengan tambahan bahan pembicaraan dari tulisan-tulisan setoran tantangan yang masuk.

Banyak dari mamah-mamah yang mereferensikan D.K. Wardhani sebagai acuan dalam aksi cinta lingkungan. Penasaran, saya cari di iPusnas. Ternyata banyak buku anak hasil karya penulis pecinta lingkungan yang juga seorang Mamah Gajah ini yang tersedia di sana. Salah satunya adalah Sahabat Bumi, yang disusunnya bersama Watiek Ideo.

Kumpulan Cerita

Sahabat Bumi merupakan kumpulan lima cerita yang berkaitan dengan peran yang bisa dilakukan bersama anak-anak dalam menjaga kesehatan bumi.

"Taman Gantung" yang diilustrasi sendiri oleh Dian Kusuma Wardhani, menceritakan tentang anak-anak Kampung Selasih yang merindukan taman. Rumah-rumah yang berdempetan tidak bisa memberi ruang untuk itu. Mereka pun membangun taman gantung, berdasar ide yang mereka dapatkan dari buku yang mereka baca di Rumah Baca Lintang.

"Kincir Kayuh" yang diilustrasi oleh Norma Aisyah menceritakan tentang alternatif solusi bagi permasalahan mati listrik yang sering menimpa Kampung Tamboanaga. Solusi berupa pembangkit listrik tenaga manusia yang ditawarkan kakak-kakak mahasiswa dari kota terbukti sangat membantu dan menyenangkan pengaktifannya.

"Panen Hujan" yang diilustrasi oleh Tiffa Nur Latifa menceritakan tentang Kampung Gaharu yang akhirnya mendapatkan hujan setelah lama kekeringan. Anak-anak berinisiatif untuk menampung air hujan, bersiap menghadapi kekeringan yang mungkin datang lagi. Mereka dibantu kakak-kakak Karang Taruna dalam membuat penyaring air. Meski bukan untuk diminum, air hasil penampungan itu bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

"Rawa Penjernih" yang diilustrasi oleh Noviantari menceritakan tentang wabah penyakit yang melanda Kampung Aluh Timur. Ibu bidan desa menduga datangnya dari pencemaran air sumur. Pak Mardi, salah satu tokoh kampung, mengusulkan pembuatan rawa penjernih. Awalnya sebagian penduduk ragu. Setelah berhasil diyakinkan, mereka bahu-membahu membangun rawa penjernih bersama-sama.

"Bank Sampah" yang diilustrasi oleh Dian Yusnita Setiany memperkenalkan pemilahan sampah yang selain mengurangi sampah anorganik di lingkunggan, bisa sekaligus menghasilkan uang.  

Buku Berilustrasi

Selain Sahabat Bumi, saya menemukan di iPusnas bahwa D.K. Wardhani juga menulis empat buku anak tentang lingkungan yang tergabung dalam Seri Dunia Kita. Untuk pembaca muslim, saya menemukan komik Sayangi Bumi yang mengaitkan perawatan bumi dengan hadis Nabi dalam seri Komik Muslim Cilik.

Saya meminjam buku-buku tersebut. Sampai saat ini belum sempat membaca semuanya. Baru membuka-buka saja. Tak urung berpikiran, "Sayang sekali anak-anak sudah besar!" Eh? Hehehe.

Memang saat anak-anak masih kecil, sulit sekali menemukan buku anak asli Indonesia yang berkualitas. Kebanyakan buku anak yang menarik adalah buku terjemahan. Saya hanya mengingat karya-karya Kak Andi Yudha yang sempat dikenalkan ke kedua anak saya yang sekarang sudah dewasa dan remaja. Dihiasi oleh ilustrator yang berbeda, dan diterbitkan oleh penerbit yang berbeda-beda pula, buku-buku D.K. Wardhani sangat menarik untuk dibaca. 

Kalimat-kalimat yang digunakan dalam buku Sahabat Bumi ini tidak panjang dan cukup sederhana, ditempatkan dengan apik dengan warna-warni yang cantik. Gambar ilustrasinya tidak rumit, dengan warna cerah yang menyenangkan mata. Di bagian akhir tiap kisah, diberikan sedikit penjelasan mengenai topik yang diajukan: definisinya, manfaatnya, cara membuatnya, ... 

Beberapa definisi dan penjelasan terasa terlalu sederhana. Namun saya rasa memang begitu yang pas untuk konsumsi anak-anak. Saya hanya sedikit terganggu dengan penggunaan istilah "sepeda statis" yang dikhususkan untuk pembangkit listrik, juga pernyataan bahwa sepeda itu adalah "hasil penemuan kami". Menurut saya akan lebih tepat jika digunakan istilah "sepeda pembangkit listrik" dan "hasil rakitan kami", mengingat tidak disebutkan secara jelas siapa kakak-kakak mahasiswa dalam cerita.

Menjadi Sahabat Bumi

Buku 100 halaman ini diterbitkan pertama kali pada Januari 2015. Di bagian akhir buku ada ajakan untuk menjadi Sahabat Bumi dengan aksi-aksi sederhana yang bisa dilakukan oleh anak-anak. 

Meski Penerbit Gramedia Pustaka Utama mengategorikan buku ini untuk usia 8-12 tahun, saya rasa buku ini bisa dibacakan ke anak mulai usia 5 tahun. Bahkan kurang. Bacakan satu per satu saja ceritanya untuk anak yang lebih kecil agar tak terlalu panjang dan membosankan. Lebih fokuskan ke mendiskusikan isinya, untuk membentuk pola pikir cinta lingkungan ke anak, juga menguatkan dan mengingatkan para orang tuanya. Bersama sekeluarga menjadi Sahabat Bumi!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho