Polisi Kenangan — Ogawa Yoko
Polisi Kenangan adalah novel karya Ogawa Yoko yang sudah beberapa waktu saya baca di iPusnas. Sebenarnya saya menyelesaikannya dengan cukup cepat. Namun sulit sekali menuliskan reviunya.
Buku ini sangat istimewa. Selesai membacanya, saya masih terkenang-kenang beberapa lama. Tapi tak tahu bagaimana mengungkapkannya.
Polisi Anti Kenangan
Novel ini menceritakan seorang penulis yang tinggal di sebuah pulau. Penduduk pulau itu sedikit demi sedikit melupakan berbagai banyak hal.
Berbagai benda, hewan, dan tumbuhan satu per satu menghilang di pulau itu. Suatu pagi, tiba-tiba tak ada lagi burung, tak ada topi, parfum, lonceng. Lalu perlahan, orang-orang melupakan keberadaannya. Demikian juga saat mawar tiba-tiba memenuhi sungai, mengalir entah ke mana, untuk kemudian tiada.
Polisi Kenangan bertugas memastikan lenyapnya benda-benda itu. Mereka memangkas bunga-bunga, menyita benda-benda, membakar semua yang tersisa. Mereka juga menahan orang-orang yang tak bisa lupa. Termasuk ibu penulis yang kemudian pulang dalam keadaan tak bernyawa.
Polisi Kenangan hanya mengincar orang-orang yang tidak mampu lupa.
(Hal. 61)
Pada awalnya Polisi Kenangan mengirim surat memberitahukan kedatangan. Belakangan, mereka bisa datang kapan saja. Bahkan dengan mendobrak pintu rumah segala.
Tak ada barang yang hilang sesudah lenyapnya mawar. Namun makin banyak orang yang mendadak hilang. Entah mereka dibawa pergi atau berhasil menemukan tempat untuk bersembunyi.
Penulis ingin menyelamatkan R, editornya yang tak bisa lupa. Bersama bapak tua mantan pelaut yang kehilangan pekerjaannya dengan lenyapnya kapal, mereka menyiapkan sebuah kamar rahasia untuk menyembunyikan R.
Buku yang Mengganggu
Saya tak ingat kapan pertama membacanya. Pertama? Ya! Karena buku ini sudah berulang kali saya pinjam di iPusnas untuk berusaha menuliskan ulasannya.
Draft ulasan ini bertanggal Agustus 2023. Saya ingat, saat itu sedang berada di dalam kereta dalam perjalanan Solo-Bandung. Senang sekali akhirnya memperoleh kesempatan meminjam buku yang panjang antriannya waktu itu. Jadi kemungkinan pertama membaca sudah setahun yang lalu.
Buku 295 halaman ini saya baca dengan cepat karena penasaran dengan akhirnya. Novel ini selalu saya rekomendasikan pada mereka yang ingin membaca literatur Asia. Dengan peringatan, bahwa buku ini spesial: mencekam, mengganggu, dan bisa menimbulkan pertanyaan yang berlarut-larut... Itu yang saya alami.
Membaca buku ini membuat saya membayangkan kondisi "lupa" yang menyeramkan. Kalau orang sepulau lupa semua, mungkin itu jadi hal yang normal kan ya? Lupa soal barang, hewan, tumbuhan, masih bisa dimengerti. Lha kalau yang hilang adalah kaki kiri?
Kurasa aku beruntung. Separuh radang sendi yang kurasakan sudah lenyap!
(Hal. 265)
Dan kehilangan-kehilangan itu terus berlanjut. Dan orang-orang terus beradaptasi. Penulis membawa kita ke titik ekstrem. Jusqu'au bout, kalau kata orang Prancis. Sampai akhir. Dan ini menyakitkan sekali. Menyakitkan hingga terbayang-bayang, tapi saya tak bisa mengungkapkan dalam tulisan.
Latar cerita buku ini berlangsung di lokasi yang tak dijelaskan dan di waktu yang tak jelas pula. Kebetulan saya membaca ulang buku yang terbit pertama kali di Jepang pada tahun 1994 ini untuk ke sekian kalinya bebarengan dengan membaca 1984-nya Gerorge Orwell. Polisi Kenangan mengingatkan saya pada Polisi Pikiran. Pemerintahan di buku Polisi Kenangan yang tak terlalu dijelaskan prakteknya, mengingatkan saya pada rezim totaliter di 1984.
Polisi Kenangan sebagai institusi sendiri baru disebutkan di halaman 14. Paralel jalannya cerita utama dengan kisah dalam buku yang sedang disusun oleh penulis sering membuat ingatan saya tercampur. Penyusunan buku dalam buku itu sendiri selain menguatkan cerita, juga menguatkan atmosfer alur utama.
Kesan yang Dalam
Sebegitu inginnya membagi cerita tentang buku ini, saya sampai meminjamnya berulang kali. Sepertinya Polisi Kenangan adalah buku yang paling sering saya pinjam di iPusnas. Dan saya tetap merekomendasikannya. Apalagi belakangan, saya lihat ada banyak buku yang tersedia. Tak perlu antri!
Saking terkesannya dengan Polisi Kenangan, saya mempromosikannya ke Butet dan berniat membelinya dalam Bahasa Prancis yang ternyata sudah terbit sejak 2009 dan mengambil judul terjemahan langsung dari judul aslinya 密やかな結晶 (Hisoyaka na Kessho), Cristallisation Secrète. Namun saat ini dia sedang banyak bacaan wajib untuk sekolahnya. Karenanya, saya mencari buku Ogawa Yoko yang lain.
Sambil mengantri Asrama di iPusnas, saat ini saya sedang membaca Petites Boites (小箱), buku terbarunya dalam Bahasa Prancis, yang ternyata temanya lebih mengiris lagi. Duh! Tapi saya tetap suka dan ingin membaca buku-buku Ogawa Yoko yang lain!
Serem juga ya Teh....kalau di dunia nyata ada polisi kenangan atau polisi pikiran milik Bung Besar di 1984nya George Orwell
BalasHapusPolisi Pikiran masih bisa masuk ke dalam nalar mbak. Kl Polisi Kenangan ini ranahnya udah fantasy. Rada2 surealis, malah. Tapi tetep, ga mau ketemu dua2nya lah yaaa. Syeraaammmm 🫣
Hapus