Zona Maya — Tupaikidal

Zona Maya adalah webtun pertama yang saya selesaikan di tahun 2024. Dengan hanya mengandalkan daily pass untuk 92 episode plus Prolog dan Epilog, tentu saja saya sudah memulai membacanya beberapa waktu—males ngitung—yang lalu.

Webtun ini saya baca atas rekomendasi Butet saat saya mintai masukan mengenai webtun buatan kartunis Indonesia. 

Tentang Maya

Menceritakan tentang Maya yang pada masa menyelesaikan disertasi masternya di Fakultas Teknik tetiba merasa jenuh. Dia mengambil kuliah pilihan tentang keramik di Fakultas Seni Rupa. Di sana dia bertemu Radi, kawan SMA-nya.

Maya terkejut, tak menyangka. Setelah sekian tahun tak ada kabar dari Radi, ternyata mereka satu kampus di ITB. Memang Maya kehilangan kontak saat pindah dari Bandung ke Semarang. Kala itu, Radi tak menjawab telepon maupun pesannya.

Satu demi satu kawan se-SMA di Bandung kembali ke kehidupan Maya. Termasuk Laras yang merupakan bunga SMA sampai-sampai ada fans club-nya. Dan Radi adalah salah satu anggotanya.

Menyadari bahwa ternyata saling menyukai, Maya dan Radi pun berpacaran. Namun dengan masalah perkuliahan yang harus segera diselesaikan, Maya kesulitan menata hati. Dan ternyata Radi pun memiliki agenda sendiri.

Maya's World

Sebenarnya bukan Zona Maya yang saya baca. Saya membaca Maya's World. Versi bahasa Inggrisnya!

Saya memang biasa menggunakan Naver Webtoon versi Inggris dan malas berganti-ganti pengaturan bahasa. Saat masuk ke episode 92 dengan penerjemahan judul yang sepertinya terlewat, saya baru tersadar: kenapa saya baca dalam versi Inggris kalau aslinya dalam bahasa Indonesia, coba?

Tapi episode 92 adalah episode terakhir. Jadi ya ... mentertawakan diri sendiri saja! 

Setting ITB

Saya tak kecewa. Webtun ini bagus. Kisahnya unik. Realis dan tidak didramatisir seperti webtun standar. Gambarnya tak rumit, tapi cantik dengan alur yang jelas. 

Saya merasa relate dengan webtun ini. Permasalahan young adult Indonesia terasa nyata. Mahasiswa yang merasa salah jurusan, panik dengan tugas akhir, sekaligus dikejar pertanyaan kapan wisuda. Keinginan menunjukkan kedewasaan tertahan oleh kepercayaan diri yang masih goyah.

Apalagi settingnya di ITB yang membuat saya bernostalgia dengan atap Aula Barat dan Aula Timur, juga selasar-selasar bertiang batu di Labtek-labteknya. Terlebih saya jadi teringat masa-masa mengejar ke bandara pacar yang hendak berangkat magang ke luar negeri.

Saya merasakan kegalauan Maya yang tak berhasil mengontak Radi. Kalau 25 tahun yang lalu sih malah belum masanya ponsel tuh! Tapi tenang, saya bisa menemukan pacar saya waktu itu kok! Maya dan Radi? Baca saja langsung ya!

Saya sendiri sudah cukup puas dengan akhir webtun di episode 92 yang membuat gemas banyak pembaca. Tertawa-tawa membaca komentar-komentar tak puas yang ditulis sejak ditayangkannya pada Maret 2023. Namun saya suka juga dengan epilog yang menutup kisah dengan akhir cerita yang tak saya duga alurnya begitu!

Webtun Indonesia

Awal saya meminta masukan Butet adalah adanya teman yang menyatakan bahwa webtun Indonesia kurang berkualitas. Butet sendiri merasakan itu. Entah dari cerita, atau ualitas gambarnya. Dia hanya berani merekomendasikan Zona Maya ini. Selain itu dia belum bisa. Dan saya berterima kasih atas rekomendasinya ini.

Sambil membaca Zona Maya, saya tertarik ingin membaca karya Tupaikidal lainnya. Namun ternyata saya masih mandeg membaca Lara(s)hati (Laras' Heart) yang merupakan prequel-nya. Mungkin karena Lara(s)hati bersetting masa SMA yang tentu saja bertema permasalahan remaja. Sepertinya kurang cocok buat saya.

Sejak Oktober 2023 Tupaikidal juga sudah memulai serial baru di Webtoon Kanvas, 9 to 5 Heartbeat yang bersetting dunia kerja. Serial yang pada dasarnya dibuat untuk format komik Tiktok ini disusun dengan gaya ilustrasi yang berbeda. Lebih berwarna. Sepertinya saya akan mengikutinya di Instagram saja.

Semoga makin banyak webtun asli Indonesia yang makin berkualitas ya!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho