Wesel Pos — Ratih Kumala

Keberuntungan mendapatkan buku laris berturut-turut lagi macet, saya mencari alternatif bacaan lain di iPusnas—padahal sebenarnya masih ada beberapa buku fisik yang belum terselesaikan. Saya mencari penulis yang sudah terbukti cocok dengan selera saya. Tapi tak mau yang berat-berat juga. Ya! Saya pembaca yang sulit! 

Setelah beberapa kali meminjam, membaca, lalu berhenti, pilihan jatuh pada Wesel Pos, sebuah novelet karya Ratih Kumala, yang membawa kesan untuk saya dengan novel Gadis Kretek-nya


Elisa Mencari Kakaknya

Elisa pergi ke Jakarta untuk mencari kakaknya, Ikbal. Sudah dua tahun Iqbal tak ketauan kabarnya. Tidak pernah menelepon, dan surat-surat Elisa tak dibalasnya. Namun kiriman wesel pos bulanannya tak pernah absen. Saat ibunya meninggal, Elisa memutuskan untuk nekat ke Jakarta berbekal alamat yang tertera di wesel pos. 

Sesampai di Jakarta, Elisa langsung mengalami kesialan. Tas yang berisi pakaian dan semua uangnya dibawa lari oleh orang yang dititpinya. Peristiwa itu membawanya ke kantor polisi dan bertemu dengan polisi baik yang mengantarnya ke alamat yang tertera di wesel pos. Ternyata alamat itu adalah alamat kantor. Sepertinya tempat kerja Iqbal.

Di kantor itu, Elisa bertemu dengan Fahri, sopir bos di kantor itu yang kenal dengan semua orang, dan sepertinya kenal dengan Iqbal juga. Fahri mengaku sudah dua tahun tak bertemu Ikbal. Namun dengan baiknya, Fahri menawari Elisa untuk tinggal bersamanya sambil mencari Ikbal.

Sudut Pandang Wesel Pos

Pemilihan sudut pandang penceritaan dari sisi selembar wesel pos menarik saya. Moda pengiriman uang yang mungkin sudah banyak dilupakan, bahkan mungkin sudah banyak yang tak mengenalnya sama sekali. Saya sendiri pun belum pernah menggunakannya deh. Sesudah uang saku dalam bentuk kontan sampai SMA, langsung melompat ke transfer rekening bank saat saya kuliah.

Memang penggunaan wesel ini didasarkan atas ke-jadul-an ibu Elisa yang jangankan smartphone, rekening bank pun tak punya! Elisa sendiri beralasan belum punya rekening karena belum cukup umur. Hmmm. Memang mungkin dia berada di Purwodadi pelosok sih ya. Saya sendiri memiliki rekening pertama karena adanya promosi suatu bank swasta yang datang ke SMP saya waktu itu. 

Namun Elisa memang gadis yang lugu. Dengan mudahnya memercayakan tasnya ke orang yang baru ditemuinya. Saya sendiri merasa seram saat Pak Polisi menawari mengantarnya. Syukurlah Pak Polisi benar-benar orang baik. Demikian juga saat Fahri menawarinya tinggal di rumahnya. Tinggal bersama laki-laki yang baru dikenalnya? Yang benar saja?

Saat mendapatkan bukunya dan menuju ke sampul belakangnya, saya deg-degan membaca sinopsisnya. Di sana tertulis ada dua jenis manusia yang tinggal di Jakarta: orang sakti dan orang sakit. Waduh! Ça promet, kalau kata orang Prancis. Menjanjikan!

Sepanjang membaca, saya bertanya-tanya, Elisa ini masuk ke dalam kategori sakti atau sakit? Dan menurut saya, janji sinopsisnya terpenuhi.

Sayangnya, penggunaan sudut pandang wesel pos ini kurang konsisten. Ada beberapa adegan yang terjadi, jelas-jelas tanpa keberadaan wesel pos. Padahal sebenarnya misalnya untuk adegan Fahri menemui Bang, bisa saja dituangkan dalam bentuk cerita Fahri kepada Elisa saat sudah sampai rumah kan!? Dengan begitu, sudut pandang terus terjaga.

Novelet Dewasa

Novelet setipis 112 halaman ini saya baca dengan cepat sekali. Bahasa Ratih Kumala yang ringan selalu memikat. Apalagi ceritanya yang sebenarnya cukup gelap dan berat, dikemas secara menarik dan membuat penasaran. Ilustrasi yang dibuat sendiri oleh Ratih Kumala menambah variasi membaca makin menyenangkan.

Novelet terbitan tahun 2018 ini dikategorikan oleh penerbit Gramedia untuk pembaca 18 tahun ke atas. Mungkin untuk konten kekerasan dan penggunaan obat terlarang di dalamnya. Dan akhir kisahnya yang ... baca sendiri saja ya!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho