La Colère et L'Envie — Alice Renard

Saat awal melihat pengumuman mengenai Club Lecture bulan Oktober di website médiatheque, saya sempat merasa enggan membeli bukunya. 18 euro untuk 160 halaman. Aduh, sepertinya kok rugi sekali. Saya berniat meminjam saja ke mediatheque seperti peserta lain. Percaya diri, pasti saya bisa membaca dengan cepat. Tak seperti buku lain yang rata-rata 300-an halaman, yang tak mungkin terkejar saatnya mengembalikan karena giliran perlu dipinjam anggota lainnya.

Sayangnya, saya menunggu terlalu lama untuk menelepon mediatheque. Saya menunggu datangnya email undangan yang ternyata tidak dikirimkan. Jadilah saya terlambat. Sudah tak ada buku lagi. Ya sudah, akhirnya saya beli buku La Colère et L'Envie karya penulis muda Alice Renard ini.

Anak Istimewa

Menceritakan mengenai Isor, anak perempuan yang unik. Saat orang tuanya, Camillio dan Maud, mulai gelisah karena Isor tak mau bicara, mereka membawanya ke berbagai ahli. Mulanya, para ahli melihat Isor sebagai anak yang perlu bantuan. Lambat laun, Isor menjadi anak bahan penelitian. 

Setelah sekian waktu, para ahli mulai kehilangan ketertarikan pada Isor. Tak ada yang bisa mendefinisikan masalahnya. Tak ada solusi yang berhasil membantunya. Tak ada kesimpulan apa penyebabnya. Selain bahwa Isor tak mau!

Orang tuanya pun berhenti konsultasi ke ahli. Mereka juga menarik diri saat Isor makin besar dan sering tiba-tiba menunjukkan kemarahan yang dahsyat. Isor tidak disekolahkan. Tidak dibawa keluar rumah. Orang tuanya memutuskan untuk mendidik dan membesarkannya berdua saja.

Suatu hari Isor terpaksa dititipkan ke Luce karena ada perbaikan di rumah. Sejak itu, Isor sering berkunjung ke rumah tetangga yang berusia 76 tahun dan hidup sendiri itu. Isor terlihat lebih bahagia. Dan ini membuat Camillio dan Maude bertanya-tanya, apa yang dimiliki Luce, apa yang dilakukannya, sehingga bisa membuat putri mereka lebih bercahaya.

Buku yang Mengganggu

Buku ini bagus. Penulisannya indah. Dialog mental ayah dan ibu Isor di bagian pertama membuat saya bertanya-tanya, penasaran apa yang akan terjadi berikutnya. 

Di bagian kedua, sudut pandang berubah ke Luce. Di sini penulis dengan apik mendeskripsikan keseharian lelaki lansia. Bagaimana rutinitasnya terganggu dengan kehadiran Isor, si anak liar yang tak bisa diatur.

Berlanjut ke bagian tiga di mana kita membaca surat-surat Isor ... yang ternyata bisa menulis!

Dan setelah menyelesaikannya, saya jadi mempertanyakan apa sudah benar metode pendidikan saya pada anak-anak? Apakah sudah cukup, cara berkomunikasi saya pada mereka? Pada suami saya?

Ada beberapa aspek dalam novel ini yang mengganggu saya. Pertama, apa salah orang tuanya? Tidak ada penjelasan sampai akhir, dan tidak ada konklusi penyebab Isor menutup diri.

Kedua, di bagian lojik. Isor yang tau-tau ternyata bisa menulis, langsung menulis surat yang dikirim via pos. Banyak kesalahan struktur dan penulisan. Normal. Namun di sisi lain Isor menggunakan kosa kata yang tak umum digunakan. Seperti "idylle", ... dan ditulis dengan benar. Tau dari mana? Beruntung kah?

Satu lagi yang juga soal lojik adalah bagaimana bisa membesarkan anak di tengah kota Paris tanpa menyekolahkan sama sekali? Tidak membiarkannya dirawat dokter adalah satu hal. Tapi tidak sekolah? 

Memang itu pilihan orang tua. Lalu di mana peran pemerintah? Katanya tiap tahun mairie mendeteksi usia sekolah anak. Yang memiluh jalur home schooling pun bakal dicek tiap dua tahun. Lalu ini? Sampai 16 tahun???

Dua kegalauan pertama saya dapatkan jawabannya dari diskusi selama pertemuan Club Lecture berlangsung. Sepertinya saya mengentengkan unsur pengharapan dan kegelisahan orang tua akan keunikan Isor, yanh menekan anak itu sendiri. Mungkin Isor merasa di satu sisi dikungkung, dan di sisi lain menghalangi kebahagiaan orang tuanya. Sedangkan bersama Luce, dia tak merasakan pengharapan apapun. Bebas!

Isor menyerap. Meski diam, dia merekam berbagai hal. Mungkin dari pembiacaraan orang-orang di sekitarnya. Mungkin dari tulisan yang dibacanya. Dari situlah dia mendapatkan kosa kata yang unik. Dan di sisi lain tak bisa menuliskan hal-hal yang sederhana dengan benar karena tak secara khusus diajarkan.

Pertanyaan terakhir saya ungkapkan kepada animatrice di akhir pertemuan Club Lecture. Rasanya terlalu detil. Dan memang kemudian Nathalie mengingatkan saya bahwa lubang itu tetap mungkin ada. Di negara semaju dan setertata Prancis pun, masih ada anak yang tidak terjaring radar, dan tidak menerima haknya di bidang pendidikan!

Novel Pertama Sarat Penghargaan

Meski sudah mendapatkan jawaban atas beberapa pertanyaan, buku ini tetap mengganggu saya. Mungkin sebagai orang tua dari Butet yang berusia sama dengan Isor di akhir cerita, saya lebih tersentuh? Ditambah usia penulisnya sendiri yang sebaya dengan Ucok?

Penulis kelahiran 2002 yang sudah dideteksi memiliki kecerdasan spesial sejak kecil ini langsung menarik perhatian dengan buku pertamanya. Kritik yang diterimanya sabhat positif. La Colere et L'Envie meraih Prix Méduse dan Prix de la Vocation 2023.

Selain tentang pengasuhan anak dan komunikasi, buku ini juga membahas mengenai penghakiman dan pengategorian terhadap sesama yang jamak dilakukan berdasar hanya pada yang tampak secara lahiriah, padahal sering kali tidak tepat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho