Dua Alasan untuk Tidak Jatuh Cinta — Faisal Oddang

Pertama mendengar nama Faisal Oddang adalah dari presentasi buku Dari Puya ke Puya oleh Teh Shanty di Pertemuan Klub Buku KLIP bulan Februari 2023. Langsung cari di iPusnas, tidak ada. Lalu saya agak melupakannya.

Seminggu yang lalu, saya melihat posting Instagram @bukugpu tentang Faisal Oddang yang meraih penghargaan Sastrawan Muda Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) tahun 2023. Weits, keren! Diilustrasi dua bukunya yang diterbitkan Gramedia, saya langsung mencari Dua Alasan untuk Tidak Jatuh Cinta. Dapat! 


Problem iPusnas

Mendapatkan buku ini sederhana saja. Langsung, tak perlu antri. Namun untuk membacanya, ternyata tidak sesederhana itu! 

Entah kenapa, tetiba saya tak bisa membuka buku-buku yang berhasil dipinjam di iPusnas di tablet seperti biasa. Pinjam bisa, baca tak bisa. Gemas, kan!? Saya sudah mencoba dengan berbagai buku. Semua sama.

Sudah membersihkan cache, bahkan sampai reinstall, update system tablet, ... tetap gagal. Saya coba akses dari laptop, malah login pun tak bisa—kalau ini, mungkin karena aplikasi iPusnas belum support Windows 11 yang memang belum lama rilis. Akhirnya saya coba di ponsel, dan bisa!

Sebenarnya saya tak suka membaca di ponsel. Tulisannya terlalu kecil, tak nyaman. Namun apa boleh buat. Tablet saya sepertinya sudah terlalu tua. Dengan pilihan tampilan scroll di iPusnas dan posisi ponsel landscape, lumayan juga. Meski jelas harus sering-sering scroll karena dalam posisi itu, ponsel hanya bisa menampilkan bahkan tak sampai setengah halaman buku.

Dua Kisah

Karena sempat bermasalah itu, saat pertama berhasil membuka buku ini dan menemukannya hanya 30 halaman, saya langsung curiga ada masalah lagi. Terpotong, mungkin? Tapi ternyata memang hanya ada 30 halaman itu! 

Buku ini merangkum dua bagian, satu 6 halaman, dan satu lagi 9 halaman. Awalnya meski tipis begitu, tetap saja tak yakin akan bisa membacanya dalam sekali duduk. Apalagi harus membaca di ponsel. Eh, ternyata menarik juga!

Di Cinta Alangkah Rumit sudut pandang berubah-ubah. Melompat dari satu orang ke orang lain. "Aku" berikutnya adalah karakter yang ada di potongan kisah sebelumnya. Jill, Ruichard, Bram, satpam, papa Rinto—alias Om Jahat yang tak dijelaskan namanya, Lupi, kembali ke Jil, lalu Ruichard lagi. Semua menyatu menjadi sebuah kisah cinta yang sesuai dengan judulnya: rumit!

But Not Forgotten Alinea menceritakan tentang Wanua yang demi ingin mengembalikan ingatan Alinea menyamar menjadi petugas bersih-bersih di rumah sakit tempat gadis pujaannya itu berkonsultasi. Memanfaatkan waktu 10 menit istirahat dokter, Wanua datang membacakan puisi-puisi Dorothy Parker, penyair favorit mereka. Salah satunya adalah "But Not Forgotten" yang menjadi judul cerpen ini. Namun suatu hari dokter Daud memergokinya.

Selesai membaca, sampai sampul belakang, baru saya sadari bahwa buku ini dikategorikan sebagai buku puisi! Entah sengaja, atau kesalahan. Memang, membacanya terasa indah, tapi tidak semua kalimatnya pendek, apalagi berirama.

Buku kedua dalam ilustrasi postingan Gramedia Pustaka Utama tadi adalah Manurung: 13 Pertanyaan untuk 3 Nama. Saya sengaja mengesampingkannya karena jelas-jelas ditampilkan di sampulnya bahwa ini buku puisi. Saya memang sulit memahami puisi. Eh kok ternyata Dua Alasan untuk Tidak Jatuh Cinta juga dikatakan puisi! Bukti bahwa saya memang benar-benar tak bisa memahami puisi kah?

Lalu, jadi kedua bagian buku tadi itu puisikah? Bukan cerpen? Prosa? 

Apa maksudnya Selfie(sh) yang tercantum di kiri atas sampulnya? Mengapa "tak ada selfie(sh) yang tak retak" di sampul belakang? 

Yang jelas kedua kisah yang saya hampir yakin terpisah itu menarik dengan ending yang ... ah, baca sendiri saja ya!

Untuk Dewasa

Saya suka buku terbitan 2019 ini. Singkat, padat, berbobot, sekaligus indah dan tidak berat. Sesuai rekomendasi penerbit, buku ini lebih pantas dibaca oleh mereka yang berusia 17 tahun ke atas. Bahasanya terlihat sederhana, tetapi mengandung banyak makna. Dimulai dari judul bukunya, lalu judul masing-masing bagiannya.

Meski hanya beberapa halaman saja, konten tentang percintaannya dalam setting dewasa. Percintaan dengan segala bentuk dan problematikanya, yang kurang cocok bagi mereka yang belum cukup umur.

Suatu rekor, bisa membaca dan mengulas dalam 24 jam saja—lha wong cuma 30 halaman buku termasuk judul, pengantar, dan lain-lainnya ini! Saya akan mencari buku-buku Faisal Oddang yang lain. Kenapa tidak Manurung yang sudah ada di bookshelf aplikasi iPusnas saya? Tapi jangan berharap besok sudah ada ulasannya ya! Hahaha.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho