Kapan Nanti — Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Dari sebelum liburan saya sudah berencana untuk membeli buku Kapan Nanti-nya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Bahkan sempat mau ikutan pre ordernya segala. Dan agak menyesal juga kenapa nggak jadi.

Niatnya sih pengin liat reviu yang lain dulu. Apakah masih mau lanjut baca bukunya Ziggy setelah terkaget-kaget taun lalu dengan Kita Pergi Hari Ini dan bahkan sampai sekarang belum mampu menulis tentang Tiga dalam Kayu. Namun kepenasaran mengalahkan segalanya. Langsung beli begitu ada kesempatan, tanpa menunggu-nunggu.


Kumpulan Kisah

Buku ini ternyata bukan novel. Tak bisa dibilang kumpulan cerpen juga. Beberapa tak ada ceritanya. Atau mungkin, sayanya yang tak paham ceritanya.

Sebut saja kumpulan kisah. Ada delapan kisah. Masing-masing judulnya terdiri atas satu kata berinisial K.

"Kabaret" bercerita tentang tiga anak perempuan dan wanita bertopeng kelinci bulan. "Kin (Si Kurang Ajar)" menceritakan Kin yang membawa seluruh keluarganya ke luar negeri. "Kering" adalah kisah tentang berbagai penghuni ruang cuci. "Kuping" berkisah tentang anak arang dan wanita berbaju api. "Kubur" mengikuti Dia dan Kamu yang menggali di dalam tanah—ya, dalam kubur! "Krematorium" mengingat peristiwa sebelum Moshka Vatra hilang untuk selamanya. "Kelana" menyusuri perjalanan Sasha mencapai penyucian yang diimpikannya. "Kambing" membuat kita bertanya apakah (anak) setan benar-benar ada dari asalnya, ataukah karena lingkungan sekitar yang menjadikannya setan.

Makin Absurd

Buku ini adalah belanja pertama saya di periode mudik tahun ini. Tahun lalu pun, belanjaan pertama saat mudik adalah dua bukunya Ziggy. Ya! Saya memang ngefans sejak Jakarta Sebelum Pagi. Meski makin ke sini, buku-bukunya makin tak saya mengerti!

Tahun lalu, Kita Pergi Hari Ini masih lancar saya ikuti. Walau unsur kesadisannya susah saya terima. Tiga dalam Kayu, sudah cukup susah saya cerna—dan ya: membuat saya belum bisa menulis tentangnya. Dan saat membaca Kapan Nanti ini, saya lebih bingung lagi!

Mau dibawa ke mana pembaca dengan tulisan-tulisan yang makin absurd saja ini?

Absurd? Mungkin saya saja yang tak mengerti, ya?

Membaca kumpulan kisah ini, perasaan saya terbagi. Selain episode-episode sadis yang membuat saya harus berhenti menarik nafas berkali-kali. Kisah pedih tentang anak-anak jelas bukan porsi saya. Selain "Kering", semua kisah bertokohkan anak-anak. Anak-anak yang spesial, tentunya. Untuk tidak mengistilahkan sebagai aneh.

Saya menangkap penulis juga makin provokatif. Ada beberapa ide yang ingin disampaikan. Wajar saja! Beberapa di antaranya yang kurang sesuai dengan prinsip saya menjadi faktor yang membuat proses membaca saya jadi tersendat. 

Namun meski perlu waktu untuk menghabiskan buku 132 halaman yang ilustrasi cover dan isinya disusun sendiri oleh penulisnya ini, saya tetap membacanya sampai habis, dan menyimpulkan bahwa saya menyukainya. 

Untuk Dewasa

Ya, saya masih suka tulisan Ziggy. Bahasanya sederhana, cenderung eksplisit, tapi indah dengan penuh makna yang sepertinya implisit. Sepertinya? Karena sekali lagi, saya tak yakin benar-benar memahami maksudnya.

Perlukah memahaminya?

Kalau bisa benar-benar memahaminya, apakah akan membuat kita lebih bahagia?

Bertanya-tanya, penasaran, menduga-duga sambil mencurigai itu asik juga kok!

Buku ini dikategorikan penerbit untuk 13+. Menurut saya masih perlu dinaikkan ke 18+. Selain bahasa eksplisit dan kekerasannya, ada beberapa tema yang secara implisit kurang cocok bagi mereka yang belum dewasa.

Btw, kok ya ndilalah posting reviu ini habis nulis reviu buku Continuum ya? Cukup membuktikan tingkat kengefanan saya sama Ziggy Zesya? Hahaha.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho