Un Miracle — Veronica Mas

Buku yang menjadi bahasan di Club Lecture bulan Februari 2023 adalah Un Miracle (=Sebuah Keajaiban). Novel ini adalah karya kedua Veronica Mas, setelah Le Bal des Folles (=Pesta Dansa Para Perempuan Gila) yang sangat populer dan sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa serta diadaptasi dalam film dan komik.

Penampakan Bunda Maria

Menceritakan tentang penduduk daerah Finistere yang dihebohkan karena adanya berita penampakan Bunda Maria. Beberapa langsung percaya, sebagian yang lain menyangkalnya. Apalagi yang menyaksikannya adalah Isaac seorang anak remaja rapuh penyendiri.

Ada Alan, ayah Isaac yang tak tahu harus bersikap bagaimana. Sepeninggal istrinya, Alan merasa tak bisa berkomunikasi dengan anaknya.

Ada Madenn, pemilik bar di île de Batz, pulau kecil itu. Madenn yang tak menikah menganggap Isaac seperti anaknya sendiri. Tak hanya memperhatikan makannya, Madenn langsung memercayai Isaac dan melindunginya dari penduduk fanatik di saat penampakan terjadi.

Ada Michel Bourdieu seorang guru, kepala sebuah keluarga yang terlihat ideal. Taat beragama, rajin ke gereja bersama istri dan dua anaknya, Hugo dan Julia, sambil membanggakan anak pertamanya yang menjadi tentara. Michel tak percaya bahwa Isaac benar-benar menyaksikan penampakan Bunda Maria.

Ada suster Anne yang ditugasi ke kota Roscoff karena suster kepala menerima wahyu dalam mimpinya mengenai penampakan itu. Suster Anne yang sedari kecil merasa mendapatkan keamanan dalam tak lindungan Bunda Maria antusias menerima tugas. Dia ingin menjadi saksi penampakan.

Dan ada kekuasaan yang lebih kuat. Yang jauh lebih besar. Yang menunjukkan kebenaran.

Kebenaran yang mana?

Buku Pembanding

Kesuksesan Le Bal des Folles terasa hingga membludaknya peserta pertemuan Club Lecture 25 Februari kemarin. Semua kursi penuh. Dan bahkan perlu menambah dua kursi lagi! Sudah lama sekali tak kejadian seperti itu.

Saya sendiri belum membaca novel pertama Veronica Mas. Saya takut dengan temanya yang tentang rumah sakit jiwa. Rasanya depresif sekali. Itu juga yang saya rasakan saat ingin mencoba menonton adaptasi filmnya yang tersedia di Amazon Prime.

Pertemuan Club Lecture membuat saya penasaran. Karena tak hanya animatrice yang membuka diskusi dengan membandingkan gaya tulis kedua novel, peserta lain pun melakukan perbandinga. Mereka yang sudah membaca, lebih menyukai yang pertama.

Tetap, meski katanya ceritanya lebih dalam, meski katanya bahasanya lebih nyastra, saya tak berminat membaca Le Bal des Folles. Tidak juga melanjutkan menonton filmnya. Atau justru makin mantap setelah mendengar komentar peserta lainnya itu ya?

Buku Sekuler

Saya sendiri bisa bilang bahwa saya sangat suka Un Miracle ini. Sudah lama saya tak tersentak akan suatu buku. Biasanya suka saja. Kali ini tambah terkagum.

Membaca sinopsisnya, terus terang sempat ada apriori. Saya takut bahwa bukunya akan sekuler ala Prancis. Sekuler dalam artian tidak hanya memisahkan agama, tapi cenderung membenci agama!

Syukur bahwa bukunya sekuler dalam arti sebenarnya. Penulis menyajikannya dengan seimbang. Pembaca dipersilakan memilih, sisi kebenaran mana yang mau diambil; keajaiban Tuhan atau kebetulan ilmiah. Dan karena itu saya tambah suka.

Memikat dengan Sederhana

Namun lagi-lagi kecenderungan saya ini masih terbatas pada rasa. Belum soal teknik. Apalagi kalau harus membandingkan dengan buku yang belum saya baca kan!? 

Ya! Buku yang indah. Bahasanya memikat, meski dengan pilihan kata yang sederhana. Ceritanya membuat penasaran. Meski ada tonjokan pedih di sana-sini, dengan akhir yang cukup tragis, tapi saya sangat rekomendasikan sekali!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho