Semua Ikan di Langit - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Sebelumnya, saya sudah jatuh cinta pada Jakarta Sebelum Pagi, yang saya baca atas rekomendasi seorang teman Klipers. Lalu saya mencari buku-buku Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie --kalau ada salah cetak, itu bukan salah saya. Saya hanya copy-paste saja!-- yang lain di iPusnas...

Setelah mengantri lama, saya dapatkan Di Tanah Lada, yang kalau tahu endingnya, sepertinya lebih baik saya nggak baca saja...

Tapi toh saya tidak kapok. Tetap saja saya biarkan antrian Semua Ikan di Langit. Dan senang sekali saat mendapatkannya setelah menunggu sekian waktu lagi!

Sebelum membacanya, saya tahu bahwa novel ini memenangi Sayembara Menulis Novel Dewan Keseniaan Jakarta pada tahun 2016. Tertulis jelas di sampul depannya. Saat sudah mendapatkan giliran meminjam, barulah saya bisa mengakses sampul belakangnya. Di sana dituliskan bahwa karena adanya perbedaan mutu yang tajam, panitia tidak memilih pemenang ke dua ataupun ke tiga!!!

 

Wah, jadi makin semangat membacanya, kan!?

Bus Damri

Buku ini bercerita tentang petualangan sebuah bus yang memperkenalkan diri sebagai Damri (hal. 129) bersama seorang anak kecil yang disebut Beliau, seekor kecoa berasal dari Rusia yang bernama Nadezhda, dan ikan julung-julung...

Mereka tidak hanya bertualang di bumi. Tapi juga terbang melintasi angkasa, melintasi batas ruang dan waktu. Sesekali, bus turun ke bumi dan berpura-pura kembali menjadi bus normal dengan trayek Dipatiukur-Leuwipanjang...

Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara dan rentang waktu. Damri mempelajari para penumpangnya dengan cara berbincang dengan kaki-kaki yang menapaki lantainya. Tak hanya kaki manusia, namun juga kucing, kutu, lalat, dan juga kecoa seperti Nad...

Beliau mengapung, tidak menapakkan kakinya. Damri tak bisa membaca pikirannya. Damri mengamati bagaimana perilaku Beliau, reaksinya terhadap berbagai situasi, ... untuk belajar mengenal Beliau... 

Bukan Anak Kecil Biasa

Seperti dua buku yang sudah saya baca, dalam novel ini, lagi-lagi Ziggy mengangkat tokoh anak kecil. Tentu saja, anak kecilnya, bukan anak kecil biasa!...

Anak laki-laki ini pucat. Tidak bicara, tidak berjalan, melayang saja. Anak ini tidak berkedip, bahkan tidak bernapas! Namun dia tidak mati! Mulutnya tidak pernah terbuka meskipun sedang "makan", "minum", dan "merokok"...

Damri menyebutnya Beliau karena tak tahu siapa namanya. Yang jelas, beliau suka menjahit!... 

Beliau akan menjahitkan cerita hidup mereka dari saat mereka keluar dari ibu mereka, sampai mereka kembali lagi pada Beliau (hal. 130)

Dari awal buku, saya menangkap hawa-hawa Pangeran Kecil-nya Antoine de Saint Exupery. Tak hanya dari gaya tulisnya, namun juga dari pilihan gaya ilustrasi cat airnya. Warna-warna pastelnya, potongan rambut Beliau, juga model mantelnya yang kali ini kebesaran karena berukuran dewasa...

Namun perlahan makin terlihat siapa Beliau. Saya dibawa mengenalnya sedikit-demi sedikit, seiring dengan pemahaman Damri...

Buku Surealis

Belum lama saya mengomentari Ayah-nya Andrea Hirata sebagai buku yang absurd. Setelah membaca novel Semua Ikan di langit ini, rasanya ingin mengedit ulasan saya itu!...

Novel ini, jelas jauh lebih absurd! Bus yang terbang, oke. Ikan yang terbang di ruang angkasa dan bukannya berenang di air, boleh lah. Anak lelaki yang tak berkedip, kenapa tidak? Karakter novelnya sudah cukup unik. Tapi ceritanya jauh lebih unik lagi!

Entah Ziggy mau membawa pembaca ke mana di dalam kisah surealis ini. Saya menangkap pertanyaan eksistensial dan ketuhanan. Tapi tentu saja saya bisa salah!

Tidak ada yg pertama, dan tidak ada terakhir, selain Beliau (hal.158)

Yang jelas, saya sempat frustrasi karena kehabisan masa pinjam padahal tinggal sedikit lagi. Lalu untuk pertama kalinya jadi semangat memantau ketersediaan buku dengan akses di iPusnas setip kali sempat. Dan senang saat bisa meminjamnya kembali dalam waktu tak begitu lama...

Dan saya jadi mencari tahu apa itu ikan julung-julung dan pohon Chinar...

Bahasa yang Indah

Selesai membaca buku, ada rasa lapar penasaran, keingintahuan lebih dalam akan maksud penulis, sekaligus kekenyangan kepuasan yang membuat berpikir ah, sudah lah, apa yang saya tangkap sudah cukup indah, saya tak mau merusaknya dengan kekecewaan kalau ternyata bukan itu...

Saya rasa, untuk mereka yang mencari cerita, apalagi pesan moral, silakan lewat saja. Tapi kalau ingin menikmati keindahan bahasa, buku ini sepertinya sulit dicari bandingannya. Bahkan dengan dua buku Ziggy lain yang sudah saya baca sebelumya...

Atau ada rekomendasi, mungkin? 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Je Reviendrai avec la Pluie — Ichikawa Takuji

Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Detektif Conan (Vol. 100) — Aoyama Gosho